kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rupiah berpotensi lanjutkan pelemahan


Kamis, 27 Agustus 2015 / 10:02 WIB
Rupiah berpotensi lanjutkan pelemahan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan berpotensi melanjutkan pelemahan hari ini. Kemarin, Rabu( 26/8) rupiah di pasar spot melemah 0,56% ke level US$ 14.133 per dollar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 0,2% ke level Rp 14.102.

Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Asset Menagement menperkirakan rupiah berpotensi menembus Rp.14.200 per dollar AS.

" Ini sebagai level resisten berikutnya." Ungkapnya dalam riset yang diterima KONTAN, Kamis (27/8).

Sebelumnya, Gubernur BI memastikan BI akan tetap ada di pasar untuk melakukan intervensi di tengah melemahnya rupiah saat ini dengan menggunakan amunisi cadangan devisa yag saat ini besarnya US$ 107 miliar.

Kemudian BI akan menggunakan fasilitas deffered drawdown option (DDO) atau dana siaga yang bisa ditarik sewaktu-waktu senilai US$5 miliar dan Bilateral Swaf Arrangment (BSA) dengan Cina sebesar US$ 15 miliar, Korea Selatan dan Jepang US$ 22,78 miliar.

BSA ini semula ditujukan untuk perdagangan dan intervensi serta dikemas dalam Chiang Mai Initiative antara Asean dan ketiga negara tersebut.

Ketiga amunisi tersebut diharapkan bisa membantu keyakinan investor ditengah pelemahan rupiah yang berlanjut saat ini.

Namun menurut Lana, disisi lain penggunaan fasilitas DDO dan BSA dikhawatirkan justru menimbulkan efek sentimen negatif.

Cadangan devisa dikhawatirkan tak cukup untuk membiayai intervensi dan justru membuat ekspektasi rupiah melemah berlanjut.

Sementara sentimen dari eksternal, investor mulai mempertimbangkan kemungkinan keputusan kenaikan suku bunga The Fed akan dilakukan pada 27-28 Oktober mendatang di tengah gejolak saat ini paska devaluasi yuan.

Sebelumnya probabilita kenaikan akan diputuskan bulan september mengingat FOMC pada oktober tidak disertai dengan pers conference.

Tetapi dengan perkembangan terkini, kenaikan september dianggap belum siap dan jika dinaikkan pada pertemuan 15-16 Desember ada potensi likuiditas menurun menjelang akhir tahun karena naiknya permintaan masyarakat untuk kebutuhan natal dan tahun barh.

Pooling terkini menubjukkan probabilita kenaikan di september turun menjadi 26%, oktober 36%, desember 47% dengan kenaikan diperkirakan mencapai 0,375% hingga akhir 2015 dari sebelumnya 0,625%. isu kenaikan ini sudah berlangsung lama sehingga mengakibatkan ketidakpastiam global

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×