Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang masih rentan menjatuhkan rupiah. Namun, data domestik yang solid bisa membatasi pelemahan.
Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, perang dagang antara AS dan China kembali memanas. AS berniat memberlakukan tarif impor antara 10%-20% bagi produk China senilai US$ 200 miliar.
Investor pun mengamankan aset ke safe haven, seperti dollar AS. "Sebaliknya, aset negara berkembang, seperti rupiah akan dihindari," papar Dini, Jumat lalu.
Namun, Satria Sambijantoro, Chief Economist Bahana Sekuritas, menyebut, data inflasi Agustus yang diprediksi stabil, bisa meminimalisir tekanan terhadap rupiah. Jika inflasi masih rendah dan yield obligasi tinggi, situasi ini bisa kembali menarik masuk dana asing.
Alhasil, rupiah lebih stabil. Prediksi Satria, Senin (3/9), rupiah bisa menguat dan bergerak antara Rp 14.690-Rp 14.710 per dollar AS.
Dini menilai, meski inflasi stabil, namun efeknya terbatas. Dia meramalkan rupiah melemah di kisaran Rp 14.710-Rp 14.750 per dollar AS.
Jumat lalu, kurs rupiah spot melemah 0,20% ke level Rp 14.710 per dollar AS. Ini yang terburuk dalam dua dekade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News