Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah menguat tipis di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot, Selasa (13/12) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat tipis 0,04% dibanding sehari sebelumnya ke Rp 13.325 per dollar AS. Sedang kurs tengah rupiah Bank Indonesia menguat 0,2% ke Rp 13.337 per dollar AS.
Research and Analyst Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, penguatan rupiah disebabkan oleh tekanan atas dollar AS. Pelaku pasar khawatir The Fed akan mengubah kebijakan moneter pada tahun depan setelah menaikkan suku bunga bulan ini.
"Hal ini ditandai dengan turunnya obligasi AS dari level tertinggi," papar Faisyal.
Penguatan rupiah juga ditopang data positif dari China yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia. Produksi industri China di November naik 6,2% dibanding tahun lalu, sementara penjualan ritel tumbuh 10,8%.
Di Oktober, produksi industri cuma naik 6,1%, sedang penjualan ritel tumbuh 10%. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, rupiah masih cenderung flat dengan rentang gerak terbatas. Pelaku pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed.
"Tapi yang paling penting bagaimana outlook inflasi dan tingkat pengangguran AS," papar dia.
Di bawah pemerintahan Donald Trump, kebijakan ekonomi AS akan lebih agresif. Jika inflasi membaik, maka suku bunga The Fed tahun depan kemungkinan naik lebih cepat daripada tahun ini.
Sentimen yang akan menggerakkan rupiah antara lain rilis neraca dagang Indonesia serta kebijakan moneter BI yang akan diumumkan 15 Desember. "Suku bunga BI kemungkinan akan dipertahankan sehingga dapat menopang laju rupiah," lanjut Josua.
Josua memprediksi kurs rupiah akan cenderung flat dengan gerak terbatas di Rp 13.275–Rp 13.375 hari ini. Faisyal memperkirakan rupiah akan menguat tipis di Rp 13.250–Rp 13.350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News