Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah berhasil ditutup menguat di akhir pekan lalu. Tetapi, penguatan rupiah tampaknya akan terhenti hari ini.
Jumat (24/2), kurs spot rupiah naik 0,15% menjadi Rp 13.331 per dollar AS. Kurs tengah rupiah versi Bank Indonesia naik 0,18% ke Rp 13.336 per dollar AS.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual menjelaskan, ada potensi terjadi ketegangan politik antara China dan AS. Pasalnya, Donald Trump menyebut China sebagai jawara manipulator mata uang.
Ini berpotensi menimbulkan gejolak mata uang di China dan berimbas pada mata uang Asia lainnya. "Apabila kekhawatiran ini masih terjadi di pasar global bukan tidak mungkin rupiah terkena dampak negatifnya," jelas David.
Sementara dari dalam negeri belum ada data ekonomi terbaru. Alhasil, tidak ada sentimen yang bisa menopang kurs rupiah dari dalam negeri.
Terlebih lagi, sebagian data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis akhir pekan lalu cukup bagus, sehingga mendorong dollar AS menguat. David memprediksi rupiah Senin (26/2) akan melemah terbatas.
TapiResearch and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra punya pendapat berbeda. Agus memprediksi dollar AS berpotensi kembali melemah. Sebab Trump cenderung terlambat menerapkan kebijakan pajaknya.
Hal ini bisa membuat pasar pesimistis melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi AS ke depan, di masa kepemimpinan Trump. "Selama minyak dunia bisa naik maka rupiah bisa pertahankan penguatan tipisnya," analisa Agus.
Agus memprediksi pada hari ini rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 13.270-Rp 13.380 per dollar AS. Sedangkan David memperkirakan kisaran pergerakan rupiah antara Rp 13.300-Rp 13.370 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News