Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi bakal berjalan melambat. Kondisi ini tentu berdampak bagi emiten bank, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Rahmi Marina dalam riset 2 Februari 2021 mengatakan, pemulihan ekonomi yang melambat harus diantisipasi. "Kami mengantisipasi NPL BMRI akan tetap terjaga 3,3% didukung oleh pertumbuhan pinjaman 3,1% YoY pada tahun 2021," jelas dia. Sepanjang 2020, total kredit BMRI Rp 892,81 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri salurkan kredit Rp 21,73 miliar via marketplace di tahun lalu
Rahmi memperhitungkan, terjadi penurunan pinjaman yang direstrukturisasi BMRI sebesar 11%. Sementara itu, dari 50% portofolio pinjaman jatuh tempo yang akan diperpanjang hingga Maret 2022 . "Kami juga memperkirakan perpanjangan ini justru akan membuat NIM meningkat menjadi 4,8% pada tahun 2021 dari 4,5% pada tahun 2020," jelas dia.
Pasalnya, menurut Rahmi, biaya kredit BMRI turun sebesar 40 bps secara YoY menjadi 2,1% di tahun 2021. Maybank juga memperkirakan jika BMRI akan menghapus 1,2% pinjaman yang telah dibukukan. "Akibatnya, BMRI harus menyediakan dana cadangan (provisi) karena LAR coverage naik 9 percentage point (ppt) dari 37% di tahun 2020," jelas dia. Level rasio LAR BMRI tertinggi di antara bank BUMN lainnya.
Rahmi memberi rekomendasi beli saham BMRI dengan target Rp 7.875 per saham. Target ini mencerminkan penilaian Maybank dengan ROE rata-rata tahun 2021-2023 sebesar 14,3%.
"Kami melanjutkan rekomendasi beli saham BMRI karena kemampuan Bank Mandiri untuk menyerap risiko NPL setelah restrukturisasi portofolio pinjaman," jelas Rahmi.
Baca Juga: CEO Bank Mandiri (BMRI): Peluang investasi terbuka dengan stimulus fiskal & moneter
Hingga akhir 2020, Rahmi memperkirakan BMRI mengantongi pendapatan bunga sebesar Rp 100,21 triliun dengan laba bersih Rp 17,12 triliun. Pada tahun 2021, BMRI diperkirakan bisa mencapai Rp 107,3 triliun dengan laba bersih menjadi Rp 22,14 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News