kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Risiko eksternal mereda, tren yield SUN mulai menurun


Senin, 08 April 2019 / 19:48 WIB
Risiko eksternal mereda, tren yield SUN mulai menurun


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya sentimen-sentimen negatif dari eksternal berpengaruh besar terhadap tren penurunan yield surat utang negara (SUN) akhir-akhir ini. Namun, yield SUN masih rentan bergerak volatil seiring makin dekatnya pelaksanaan pemilihan umum.

Mengutip Bloomberg, yield SUN seri acuan tenor 10 tahun sempat menyentuh level 7,545% pada Jumat (5/4) lalu. Ini merupakan level terendah untuk tahun 2019. Namun, pada Senin (8/4), yield SUN 10 tahun kembali naik ke level 7,607%.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menuturkan, penurunan yield SUN sangat dipengaruhi oleh negosiasi dagang antara AS dan China yang terus menunjukkan arah yang positif. Saat ini, mayoritas poin perjanjian sudah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga tensi perang dagang makin berkurang.

Selain itu, pasar obligasi domestik juga masih merasakan euforia atas sikap dovish yang ditunjukkan oleh The Federal Reserves sepanjang tahun ini. “Beberapa negara Asia sudah mulai berani menurunkan suku bunga acuan,” kata Eric, Senin (8/4).

Salah satu negara di Asia yang sudah menurunkan suku bunga acuan adalah India. Februari lalu, Reserve Bank of India memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 bps menjadi 6,25%.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menambahkan, stabilnya pergerakan rupiah terhadap dollar AS juga membantu penurunan yield SUN yang terjadi belakangan ini.

Di samping itu, fundamental ekonomi Indonesia turut mendukung penurunan yield SUN. Selain inflasi yang stabil, neraca dagang Indonesia berhasil surplus US$ 0,33 miliar di bulan Februari lalu.

Kendati demikian, yield SUN masih berpeluang bergerak volatil dalam beberapa waktu ke depan.

Menurut Fikri, pergerakan kurs rupiah juga berpotensi menjadi pemberat langkah yield SUN. Seperti yang terjadi pada hari ini ketika rupiah di pasar spot melemah ke level Rp 14.167 per dollar AS, yield SUN bergerak naik ke level 7,607%.

“Arah yield SUN masih sangat dipengaruhi rupiah karena sekitar 37% investor di pasar obligasi Indonesia merupakan investor asing,” ujar dia, Senin (8/4).

Sentimen eksternal juga masih berperan penting terhadap pergerakan yield SUN. Dalam waktu dekat, para pelaku pasar akan mencermati kelanjutan masalah Brexit.

Tak ketinggalan, isu perlambatan ekonomi AS juga menjadi sentimen yang berdampak signifikan terhadap kondisi pasar obligasi dalam negeri. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, data-data ekonomi AS cenderung menunjukkan hasil yang bervariasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×