CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.341.000   -7.000   -0,30%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Riset Delloite: Malaysia dan Indonesia Pimpin Volume IPO di Asia Tenggara


Minggu, 23 November 2025 / 15:10 WIB
Riset Delloite: Malaysia dan Indonesia Pimpin Volume IPO di Asia Tenggara
ILUSTRASI. Malaysia dan Indonesia memimpin volume initial public offering (IPO) di Asia Tenggara sepanjang tahun 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/08/10/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Delloite menyebut Malaysia dan Indonesia memimpin volume initial public offering (IPO) di Asia Tenggara sepanjang tahun 2025.

Di Indonesia, terdapat  24 IPO dengan total dana yang dihimpun sebesar US$ 921 juta atau sekitar Rp 15,35 triliun. Sektor energi dan sumber daya menjadi penyumbang dana terbesar, dengan aktivitas IPO mencakup perusahaan minyak dan gas, energi terbarukan, serta jasa penunjang pertambangan. 

Kinerja ini terutama didorong oleh pencatatan PT Merdeka Gold Resource Tbk (EMAS) dan PT Chandra Data Investasi Tbk (CDIA), yang masing-masing menghimpun US$ 279 juta (Rp 4,65 triliun) dan US$ 144 juta (Rp 2,4 triliun).

Baca Juga: Ada Kabar Merger GOTO dan IPO Anak Usaha EMTK, Cek Prospek Sektor Teknologi di 2026

Posisi berikutnya ditempati sektor real estat, didukung oleh pencatatan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), perusahaan yang berafiliasi dengan Agung Sedayu Group. Sektor konsumer berada di peringkat ketiga, dipimpin oleh pencatatan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk.

Tay Hwee Ling, Capital Markets Services Leade, Deloitte Southeast Asia mengatakan, aktivitas IPO di Indonesia didorong oleh sektor industri, energi, konsumer, dan layanan kesehatan, dengan preferensi investor yang kuat terhadap perusahaan yang memiliki fundamental kuat, prospek jangka panjang, dan dukungan pemerintah. 

“Sektor infrastruktur dan energi, khususnya energi terbarukan,  juga mencatat peningkatan minat seiring meningkatnya pipeline proyek strategis Indonesia dan percepatan transisi menuju energi bersih,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Kontan, Minggu (23/11/2025).

Tay Hwee Ling, Capital Markets Services Leader , Deloitte Southeast Asia mengatakan, meskipun sentimen pasar menguat setelah Pemilu 2024, investor tetap berhati-hati di tengah tekanan makroekonomi seperti penurunan harga komoditas, ketegangan perdagangan global, dan penyesuaian tenaga kerja. 

Pipeline IPO pada kuartal IV 2025 mencakup perusahaan teknologi, logistik, dan jasa keuangan, yang diperkirakan menarik minat besar apabila mereka mampu menunjukkan profitabilitas dan ketahanan yang jelas,” katanya.

Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) Tegaskan Belum Punya Rencana Boyong Griya Idola Untuk IPO

Meskipun begitu, Indonesia masih kalah dari Malaysia yang memimpin volume IPO di Asia Tenggara sepanjang tahun ini. Malaysia memimpin dari sisi jumlah banyaknya IPO, dengan 48 IPO yang menghimpun US$1,1 miliar atau Rp 18,33 triliun, yag sebagian besar melalui ACE Market. 

Lebih lanjut, laporan terbaru Deloitte menunjukkan bahwa pasar IPO di Asia Tenggara kembali menguat. Hingga pertengahan November 2025, terdapat  102 IPO di enam bursa utama Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina, dengan total penghimpunan dana sekitar US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 93,3 triliun. 

Meskipun jumlah IPO menurun, total dana yang dihimpun di kawasan ini justru tumbuh  53% dalam 10,5 bulan pertama 2025 dibandingkan dengan periode yang sama di 2024. Ini didorong oleh ukuran transaksi yang lebih besar, pergeseran dinamika sektor, serta kinerja pasar yang stabil di Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia.

Peningkatan jumlah IPO bernilai tinggi di sektor data real estat, jasa keuangan, dan konsumer menjadi pendorong utama kenaikan total dana terhimpun pada 2025. Sebagai perbandingan, US$3,7 miliar (Rp 61,67 triliun) dihimpun dari 136 IPO pada 2024 dan US$5,8 miliar (Rp 96,67 triliun) dari 163 IPO pada 2023. 

Terjadi pergeseran dalam ukuran IPO dan dinamika sektoral, dengan pasar kini lebih menekankan pada perusahaan yang memiliki ketahanan lebih kuat. Rata-rata nilai transaksi IPO meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2024, naik dari sekitar US$27 (Rp 450 miliar) juta menjadi US$55 juta (Rp 916 miliar), didorong oleh kehadiran beberapa IPO berskala besar yang menjadi blockbuster.

Terdapat empat IPO dari Singapura, Vietnam, dan Filipina yang masing-masing menghimpun lebih dari US$500 juta (Rp 8,3 triliun), serta 11 IPO di Asia Tenggara yang mencatat market capitalization di atas US$1 miliar (Rp 16,67 triliun).

Baca Juga: Incar Pertumbuhan Kinerja Usai IPO, Begini Strategi Pelayaran Jaya Hidup Baru (PJHB)

Secara umum, pasar IPO Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan dengan ritme yang beragam sepanjang 10,5 bulan pertama 2025. Salah satu tren yang paling menonjol adalah meningkatnya IPO yang didukung oleh Private Equity, yang menjadi katalis stabilnya arus modal dan besarnya minat investor. Untuk 2026, Deloitte memperkirakan minat investor akan tetap positif, seiring semakin banyaknya peluang baru yang muncul di pasar.

Di sisi lain, Singapura menempati posisi teratas pasar IPO Asia Tenggara berdasarkan nilai dana terhimpun, dengan sembilan IPO yang mengumpulkan US$1,6 miliar atau Rp 26,67 triliun. dalam 10,5 bulan pertama tahun ini. Kinerja ini didorong oleh dua IPO Real Estate Investment Trust (REIT) berskala besar, yaitu NTT DC REIT dan Centurion Accommodation REIT, yang diuntungkan oleh reformasi regulasi yang memperbaiki sentimen pasar.

Didorong oleh dua transaksi besar tersebut, masing-masing bernilai lebih dari US$ 500 juta dan secara kolektif menyumbang 88% dari total dana terhimpun, pasar IPO Singapura mencatat perolehan tertinggi sejak 2019.

Sementara, Vietnam mencatat dua IPO besar di sektor keuangan, yaitu Techcom Securities Joint Stock Company dan VP Bank Securities. Keduanya secara kolektif berhasil menghimpun dana sebesar US$1 miliar (Rp 16,67 triliun). Pencapaian ini membuka jalan bagi siklus pertumbuhan baru bagi pasar IPO Vietnam setelah bertahun-tahun mengalami stagnasi sejak 2018.

Selanjutnya: SLJ Global (SULI) Akan Gelar Private Placement, Terbitkan 632,07 Juta Saham

Menarik Dibaca: Cara Mengaktifkan Fitur Facebook Pro, Ikuti Langkah Demi Langkah Berikut Ini Ya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×