Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia menjadi dua mata uang dengan pelemahan terbesar hari ini (4/1).
Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.45 waktu Kuala Lumpur, ringgit mencatatkan pelemahan sebesar 1% menjadi 4,3360 per dollar AS. Ini merupakan level terlemah sejak 17 Desember lalu.
Sepanjang tahun lalu, ringgit sudah melemah 19% dan menjadi mata uang Asia dengan performa terburuk.
"Mata uang utama yang masih mendapat sokongan saat ini adalah dollar AS. Apalagi harga minyak masih menurun," jelas Saktiandi Supaat, head of foreign exchange research Malayan Banking Bhd di Singapura.
Pada saat yang bersamaan, rupiah juga melemah 0,8% menjadi 13.895 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan terbesar dalam tiga pekan terakhir.
Sepanjang 2015, pelemahan rupiah mencapai 10,2%. Dengan demikian, rupiah sudah mencatatkan pelemahan selama lima tahun berturut-turut.
Menurut Leong Sook Mei, Southeast Asia head of global markets research Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ di Singapura, meskipun Indonesia mengumumkan pertumbuhan yang positif saat ini, rupiah masih akan tetap melemah.
"Sebab, ini berkaitan dengan keengganan investor mengambil risiko seiring ketegangan global," jelasnya.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kedua mata uang Asia melemah adalah renggangnya hubungan antara Iran dengan Kerajaan Arab Saudi. Hal ini menyusul pernyataan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, yang mengumumkan bahwa Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran pada Minggu (3/1) malam, setelah demonstran menyerbu kedutaan besar Saudi di Teheran.
Orang-orang berunjuk rasa di kantor kedutaan Saudi di ibu kota Iran tersebut untuk memprotes pelaksanaan hukuman mati terhadap ulama Syiah terkemuka oleh pemerintah Saudi, Nimr al-Nimr, hari Sabtu (2/1), yang dikatakan terlibat kasus terorisme.
Kondisi itu menyebabkan dollar AS semakin perkasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News