Reporter: Abdul Wahid Fauzi | Editor: Test Test
JAKARTA. Gelombang aksi jual menerpa PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Kemarin (24/3), harga saham DOID turun Rp 70 per saham atau 5,5% menjadi Rp 1.200 per saham. Rencana DOID menerbitkan saham baru (rights issue) diduga jadi biang kerok penurunan harga saham perusahaan ini.
Erry Firmansyah, Komisaris Utama DOID, mengakui bahwa pihak manajemen tengah mengkaji opsi rights issue. "Ini hanya salah satu kajian pendanaan," katanya kepada KONTAN, kemarin. DOID juga mengkaji sumber pendanaan lain, seperti pinjaman bank dan obligasi.
Kajian tersebut untuk mendukung aksi korporasi yang akan dilangsungkan DOID. Sayang, Erry enggan membeberkannya. "Semua masih dikaji," imbuhnya.
Sekadar informasi, DOID menganggarkan belanja modal tahun ini yang cukup besar, yaitu US$ 150 juta. Dana itu akan digunakan untuk membeli alat-alat berat, demi membesarkan bisnis kontraktor pertambangannya. Yakni, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma).
Metty Fauziah, Analis Danareksa Sekuritas, menilai pasar bereaksi negatif terhadap rencana rights issue DOID. Sebab, nilainya diperkirakan cukup besar. Alhasil, potensi dilusi yang dihadapi pemegang saham DOID juga besar. Investor harus menyediakan dana besar jika ingin tetap memegang sahamnya.
Menurut catatan KONTAN, broker yang aktif menjual saham DOID adalah CLSA Indonesia senilai Rp 11,9 miliar. Lalu, Merrill Lynch Indonesia Rp 9,7 miliar, dan Macquarie Securities Rp 8,8 miliar. Adapun broker yang aktif membeli saham DOID adalah CLSA Indonesia Rp 17,2 miliar, Merrill Lynch Rp 9,7 miliar, dan Bali Securities Rp 7,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News