kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Rights issue akan beri dampak positif, analis ini rekomendasikan beli saham SMRA


Senin, 01 Maret 2021 / 18:08 WIB
Rights issue akan beri dampak positif, analis ini rekomendasikan beli saham SMRA
ILUSTRASI. Desain perumahan Summarecon Bogor yang dikembangkan?PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dinilai akan membukukan kinerja yang apik pada tahun ini. Penjualan yang mulai pulih sejak akhir tahun lalu, hingga potensi perbaikan balance sheet lewat rencana rights issue yang akan digelar SMRA.

Asal tahu saja, SMRA berencana melepas sebanyak-banyaknya 3,61 miliar saham atau setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dana hasil aksi korporasi tersebut akan perusahaan gunakan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan.

“Kami melihat pemilik mayoritas saham SMRA akan tetap menjaga kepemilikannya (40,38%) dengan menyerap sekitar 40% dari rights issue tersebut. Dengan asumsi, 50% penyerapan rights issue (40% pemilik & 10% publik) dan target berkisar Rp 1,5 triliun - Rp 2 triliun, harga rights issue kemungkinan berkisar Rp 831 - Rp 1.108 per saham,” kata analis Sucor Sekuritas Joey Faustian kepada Kontan.co.id, Senin (1/3).

Joey juga melihat aksi ini akan memberi dampak positif bagi SMRA karena akan membantu memperkuat permodalan dan mendukung capital expenditure (capex) bila memang ada ekspansi. 

Dengan adanya rights issue ini, utang dan balance sheet SMRA bisa membaik yang tentunya bisa menurunkan interest expense cukup signifikan.

Baca Juga: Rights issue Summarecon (SMRA) dinilai berdampak positif pada balance sheet

Hal tersebut menjadi kunci penting, karena salah satu yang menjadi permasalahan SMRA adalah biaya interest expense yang besar. Di mana, jumlahnya rata-rata sebesar 160% dari net income di 2017-2019. Joey bilang, potensi penghematan biaya bunga akan sangat berdampak positif pada EPS SMRA.

Secara prospek, Joey meyakini ke depan SMRA masih punya peluang yang cukup menarik karena kemampuan SMRA sendiri untuk menjual produk cukup baik. 

Hal ini tercermin dari kinerja marketing sales SMRA pada kuartal IV-2020 yang sebesar Rp 1,3 triliun atau naik 43% secara kuartalan dan 65% secara tahunan.

Namun, untuk penjualan pada tahun ini, Joey memberikan pandangan yang cenderung konservatif. Proyeksinya, penjualan SMRA akan sebesar Rp 3,7 triliun karena adanya high base dari peluncuran Bogor Township pada tahun lalu yang sebesar Rp 1,1 triliun. Sementara untuk pendapatan, Joey memperkirakan SMRA akan kantongi Rp 5,14 triliun.

“Dari segi bottom line, SMRA berpotensi tumbuh 4x lipat menjadi Rp 217 miliar pada tahun ini karena recurring income yang akan pulih ke level Rp 2 triliun (naik 36%) atau merepresentasikan 82% dari recurring income pada 2019,” imbuh Joey.

Joey memberi rekomendasi untuk beli saham SMRA dengan target harga Rp 950 per saham yang mengimplikasikan target PBV 2021 sebesar 1,4x. Adapun, saham SMRA diperdagangkan menguat 8,48% ke Rp 895 per saham pada Senin (1/3).

Selanjutnya: Summarecon (SMRA) Mau Menggelar Rights Issue, Sebagian untuk Melunasi Utang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×