kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Rezeki peritel di pengujung tahun


Senin, 30 September 2013 / 07:00 WIB
Rezeki peritel di pengujung tahun
ILUSTRASI. PT Mulia Industrindo Tbk


Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Menjelang akhir tahun, emiten sektor ritel bersiap mengalap berkah. Maklum, setelah Lebaran, emiten sektor ini mengandalkan momentum akhir tahun untuk menggenjot penjualan.

Analis KDB Daewoo Securities, Andrew Argado mengatakan, prospek emiten sektor ritel menjelang akhir tahun memang menarik. “Tambahan uang bonus akhir tahun dan tunjangan hari raya akan berdampak pada perilaku belanja konsumen,” ujar Andrew, Jumat (27/9).

Andrew bilang, kinerja emiten sektor ritel, seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Ramayana Lestari Sentosa tbk (RALS), dan PT Matahari Depatment Store Tbk (LPPF) layak diperhatikan investor. Ia mencontohkan MAPI. Emiten ini biasanya kinerjanya melejit di kuartal IV. MAPI memiliki diversifikasi lini usaha yang cukup banyak, seperti di fesyen dan di makanan.

Berdasarkan catatan Anindya Saraswati, analis Danareksa Sekuritas, penjualan MAPI dan PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) bakal terdongkrak cukup signifikan pada periode itu. Di kuartal IV saja, pendapatan MAPI bisa melonjak hingga 28% dari kuartal-kuartal sebelumnya. Demikian juga dengan pendapatan ACES yang bisa tumbuh antara 29% hingga 30%.

Penjualan MAPI melejit di akhir-akhir tahun karena emiten ini khusus menyasar segmen menengah atas. Menurut Anindya, kelas menengah ke atas yang memiliki daya beli lebih besar memiliki kecenderungan melakukan konsumsi cukup besar di akhir tahun. Hal ini justru berbeda dari segmen lower end yang lebih banyak melakukan tambahan konsumsi saat Lebaran.

Tapi, bukan berarti bisnis emiten sektor ritel ini tanpa sentimen negatif. Analis Credit Suisse, Ella Nusantoro dalam risetnya, 25 September 2013 mengingatkan, daya beli konsumen telah menurun karena kenaikan inflasi. Hal tersebut tercermin dalam survei Bank Indonesia (BI) tentang  pertumbuhan penjualan ritel di bulan Agustus 2013 yang melambat menjadi 2,0% secara month on month dari 5,7% di bulan Juli dan 8,3% di Juni.

Penurunan performa emiten ritel, menurut Ella, juga sudah terlihat di semester I 2013. Beban operasional emiten sektor ritel meningkat, terutama akibat kenaikan upah minimum tahun ini.

Waspada daya beli

Meski diadang sentimen inflasi tinggi dan juga pelemahan nilai tukar rupiah, Andrew menilai, kinerja emiten sektor ritel masih akan meningkat. Sebab, para peritel akan mengalihkan kenaikan beban biaya operasional ke konsumen. Caranya, dengan menaikkan harga jual, sehingga peningkatan beban kini bertumpu ke konsumen.

Namun, diantara emiten sektor ritel, menurut Andrew, MAPI paling leluasa untuk menaikkan harga jual. “Karena mereka memiliki dominasi besar, sehingga tidak takut kehilangan pangsa pasar,” terang Andrew.

Selain itu, segmentasi pasar produk-produk MAPI sudah sangat spesifik, yakni menengah atas, sehingga emiten ini memiliki basis konsumen yang cukup kuat.

Anindya menambahkan, selain inflasi, sentimen lain yang akan menekan sektor ritel adalah kenaikan biaya sewa tempat, beban gaji karyawan, hingga depresiasi rupiah. Hanya saja, kenaikan beban tersebut tak akan menekan kinerja emiten, karena bisa disiasati dengan menaikkan harga jual.

“Semua berisiko mengalami penurunan penjualan jika terjadi penyesuaian harga.,” ujar Anindya. Tapi, ujung-ujungnya, konsumen akan bisa menerima kenaikan harga itu.

Karena banyaknya tekanan yang menghimpit emiten sektor ritel tersebut, analis menurunkan perkiraan kinerja semiten sektor ini. Ella, misalnya,  menurunkan perkiraan pendapatan MAPI di 2013 dari sebelumnya Rp 9,29 triliun menjadi Rp 9,20 triliun, tapi masih naik 27% dari 2012.

Sedangkan untuk ACES, dia menurunkan proyeksi pendapatan dari Rp 4,15 triliun menjadi Rp 3,88 triliun, atau naik 18% dibanding 2012.

Di sektor ritel, Ella sebenarnya lebih menyukai PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) karena faktor fundamental keduanya yang baik dan valuasinya masih menarik. Ella merekomendasikan outperform saham ECII dan ERAA. Ella memberi target harga ECII di level Rp 4.500 per saham  dan ERAA di level Rp 2.000 per saham. Jumat (27/9), harga ECII dan ERAA masing-masing sebesar Rp 3.450 dan Rp 1.430.

Sementara, Anindya memberikan rekomendasi beli untuk saham MAPI dan ACES. Dia memberikan target harga sebesar Rp 7.400 per saham untuk MAPI. Sedangkan, target harga ACES berada di level  Rp 830 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×