kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Return reksadana saham negatif


Rabu, 05 September 2012 / 06:21 WIB
Return reksadana saham negatif
ILUSTRASI. Nutrisi dan gizi yang wajib dipenuhi oleh ibu hamil


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melandai selama Agustus. Akibatnya, imbal hasil reksadana saham terseret.

Mengutip data PT Infovesta Utama, sepanjang Agustus 2012, rata-rata reksadana saham memberi imbal hasil negatif 3,82%. Angka itu jauh di bawah penurunan IHSG yang hanya minus 1,98%. Rerata imbal hasil reksadana saham year-to-date hanya 2,54%. Angka itu lebih rendah dari kenaikan IHSG di periode yang sama, 6,24%.

Praska Putrantyo, analis Infovesta Utama, mengatakan, penurunan IHSG merupakan biang keladi minusnya return reksadana saham. Tujuh sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun di atas 2%. Penurunan tertajam dialami saham sektor pertanian dan industri dasar kimia yang jatuh 5%. "Secara historis bulan Agustus biasanya indeks negatif," kata dia.

Tidak ada reksadana saham sepanjang Agustus yang menghasilkan return positif. Reksadana saham yang mampu meminimkan kerugian adalah reksadana Grow 2 Proper milik PT Corfina Capital. Reksadana ini hanya mencatat minus 0,79%. Selain itu, reksadana AAA Sekuritas yang bertajuk AAA Blue Chip Value Fund dan AAA Equity Fund, masing-masing negatif 0,85% dan 1,59%.

Meski menghasilkan return negatif, Siswa Rizali, Fund Manager AAA Sekuritas optimistis, ke depan, kedua reksadana itu akan mencetak return positif. Dia menuturkan, kedua produk itu dikelola dengan pendekatan bottom up.

Maksudnya, manajer investasi fokus ke fundamental saham yang dipilih. Jadi, saham yang dipilih memiliki potensi pertumbuhan berkelanjutan. "Kami menekankan diversifikasi di semua sektor saham meminimalisir resiko," lanjut Siswa. Sementara porsi kas berkisar 10%-18%.

Selain itu, saham yang sudah terlalu over value tidak akan dipilih. AAA Sekuritas juga lebih memilih saham sektor konsumer seperti saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Saham perbankan yang menjadi pilihan adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Namun, reksadana AAA menghindari saham properti.

Masih ada harapan

Siswa menuturkan, justru tidak menghindar dari saham sektor komoditas yang pertumbuhan return-nya minus di tahun ini. "Saya optimistis justru saham sektoral yang jelek saat ini, akan cepat naik nantinya," kata dia.

Praska juga optimistis, prospek reksadana saham hingga akhir tahun masih positif. Membaiknya perekonomian Eropa dan China akan mengangkat IHSG. Tentu, itu akan berujung ke naiknya imbal hasil reksadana saham.

Jika menggunakan kacamata fundamental, price earning ratio (PER) IHSG juga masih di bawah rata-rata historis selama lima tahun terakhir, yaitu 15,6 kali. "Momentum earnings season emiten di kuartal III dan IV sepanjang tahun ini diperkirakan akan mendukung peningkatan imbal hasil reksadana dari tahun lalu," ujar Praska.

Karena itu, Praska menyarankan, agar investor mulai kembali meningkatkan penempatan dana di reksadana saham. "Valuasi fundamental IHSG relatif murah," ujar dia.

Praska menuturkan, peluang penguatan IHSG di September dalam 10 tahun terakhir bisa mencapai 2,95% dan probabilitas 70%. Faktor dari luar negeri banyak mempengaruhi pada September ini. Terutama adanya potensi stimulus diyakini mampu mengangkat IHSG.

Selain itu, prospek IHSG cerah karena ada potensi windows dressing menjelang akhir tahun. Praska merekomendasikan investor tetap melakukan strategi akumulasi secara bertahap. Pemodal juga disarankan berorientasi investasi jangka panjang untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang bisa menghambat laju IHSG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×