kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Return pendapatan tetap masih minus


Jumat, 26 Juli 2013 / 08:52 WIB
Return pendapatan tetap masih minus
ILUSTRASI. Anjing Doyan Makan Es Krim, Amankah untuk Pencernaannya?


Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap belum beranjak ke area positif. Manajer investasi (MI) membenamkan bobot lebih banyak pada obligasi korporasi untuk mengoptimalkan return.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama per 24 Juli 2013, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap secara month on month masih minus 0,54%. Kinerja bulanan ini belum mampu meninggalkan zona negatif dalam tiga bulan terakhir. Kinerja bulan Mei 2013 menorehkan minus 0,84% dan Juni minus 3,52%.

Secara year to date, kinerja reksadana pendapatan tetap juga masih negatif sejak dua bulan terakhir. Per Juli, kinerja reksadana ini minus 3,66%.
Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Yulius Manto mengatakan, turunnya harga obligasi pemerintah menyeret kinerja reksadana pendapatan tetap. Pihaknya menyiasati hal ini dengan mengoleksi obligasi korporasi lebih agresif ketimbang memegang surat utang negara (SUN).

Mengutip fund fact sheet, Batavia Dana Obligasi Ultima membagi alokasi portofolio 84,25% di obligasi korporasi. Sisanya diparkir di pasar uang. Kepemilikan obligasi terbesar diantaranya 10% pada Obligasi Subordinasi II BRI Tahun 2009 dan 9,89% pada Obligasi Berkelanjutan I BCA Finance Tahap I Tahun 2012.

Melalui kebijakan investasi ini, Batavia Dana Obligasi Ultima mencatat return positif secara month on month sebesar 0,45% pada 24 Juli. Return year to date mencapai 2%. "Batavia Dana Obligasi Ultima memiliki aset dasar berupa obligasi korporasi di bawah dua tahun. Kami sudah memperpendek durasi sejak awal tahun," tutur Yulius kepada KONTAN, Kamis (25/7).

Yulius bilang, pihaknya akan mempertahankan bobot lebih besar pada obligasi korporasi hingga angka inflasi dan arah suku bunga lebih jelas. Setelah kondisi pasar SUN menunjukkan kestabilan, pihaknya baru akan masuk secara bertahap pada SUN bertenor panjang.

PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Asset Management menempuh strategi serupa. Produk AAA Optimal Income Fund lebih banyak memarkir aset pada obligasi korporasi. Porsi kas berupa deposito hampir 20% dari portofolio dan porsi SUN cuma 1%.

Siswa Rizali, Head of Investment AAA Asset Management menuturkan, pemilihan obligasi korporasi diprioritaskan pada durasi pendek di bawah 3 tahun. Siswa mengatakan, pihaknya baru akan masuk ke SUN secara bertahap jika kondisi pasar obligasi mulai stabil. "Kami masih pertahankan obligasi korporasi durasi pendek untuk kejar yield. Untuk trading, kami fokus di SUN," ungkapnya.

Secara month on month, AAA Optimal Income mencetak return 1,39%. Sementara year to date sebesar 3,97%. Saat ini, kepemilikan obligasi korporasi AAA terbagi atas perbankan dan multifinance.

Keduanya merupakan sektor yang paling banyak menerbitkan obligasi korporasi. Selain itu, perbankan dan multifinance sudah memiliki rekam jejak yang baik, sehingga meminimalisir kekhawatiran gagal bayar.

Viliawati, analis PT Infovesta Utama menilai, sepekan terakhir, kinerja reksadana pendapatan tetap mulai membaik. Infovesta Fixed Income Fund Index membubuhkan kinerja mingguan 2,17%. Ia menduga, pelemahan efek obligasi sudah mulai mereda. "Pada kuartal IV, kinerja reksadana pendapatan tetap akan mulai pulih," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×