kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Restrukturisasi kredit di Februari bertambah, begini rekomendasi saham BBNI


Jumat, 02 April 2021 / 07:00 WIB
Restrukturisasi kredit di Februari bertambah, begini rekomendasi saham BBNI


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir Februari 2021, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) telah melakukan restrukturisasi kredit terimbas Covid 19 sebesar Rp 103,6 triliun. Angka restrukturisasi pinjaman akibat Covid 19 BBNI sedikit meningkat dari akhir tahun 2020 sebesar Rp 102,1 triliun. 

Prasetya Christy Gunadi dan Ramadhany Andryanto Analis Bahana Sekuritas dalam riset 19 Maret 2021 menjelaskan, BNI telah mengklasifikasikan debitur berdasarkan kategori potensi risiko kredit yakni risiko tinggi, menengah, dan rendah di luar total kredit yang direstrukturisasi terimbas Covid 19. Berdasarkan klasifikasi BBNI debitur berisiko tinggi sebesar 16,2%. 

Menurut proyeksi Bahana, debitur berisiko tinggi tersebut akan menjadi target tahap 2 setelah masa restrukturisasi berakhir. Sementara, 53,6% merupakan debitur dengan risiko sedang. 

Baca Juga: BNI bagikan 25% dari laba tahun lalu sebagai dividen

Sedangkan debitur berisiko rendah sebesar 30,2% diperkirakan akan kembali normal pada tahun ini. "Perlu dicatat bahwa BBNI memiliki total shadow NPL Rp 39,3 triliun terdiri dari pinjaman dengan perhatian khusus alias special mention loan (SML) dan restrukturisasi non Covid yang tengah berjalan," jelas analis Bahana Sekuritas dalam riset. 

Prasetya dalam riset menjelaskan, shadow NPL dalam kelompok berisiko menengah hingga tinggi dan BBNI berencana untuk menambahkan ketentuan provisi yang sesuai.

"BBNI akan terus menambah cakupan provisi pada tahun 2021 dan awalnya berencana untuk memiliki 75% cakupan penyediaan campuran (spesifik) untuk NPL bayangan pada akhir tahun 2021," ujar Prasetya dalam riset. Dengan demikian, BBNI akan menambah Rp 20 triliun provisi tahun ini untuk cadangan kerugian pinjaman Rp 43 triliun pada Desember 2020. Ini sejalan dengan estimasi di 2021 yakni 3,3%-3,6% cost of credit (CoC). 

Namun, dalam tinjauan baru-baru ini, proyeksi persyaratan provisi tambahan agar NPL shadow bisa turun menjadi Rp 9,2 triliun atau setara dengan 50% cakupan provisi. Tetapi, BBNI mempertahankan CoC pada tahun 2021.

Berdasarkan update terkini, jika dibandingkan dari bank lain, laju pinjaman restrukturisasi telah melambat sejak awal tahun ini. Menurut Bahana, sebagian debiturnya sudah mulai membayar kembali bunga dan pokok pinjaman. "Sebesar 30%-35% dari total pinjaman yang direstrukturisasi akan kembali normal pada akhir periode restrukturisasi, sedangkan sisanya akan tetap dalam tahap I (pinjaman yang direstrukturisasi) atau berisiko diturunkan ke tahap 2 atau 3," kata Prasetya dan Ramadhany.

Pada 20 Desember, di antara empat bank besar, BBNI memiliki rasio pinjaman dengan risiko tertinggi sebesar 28,7%. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki rasio pinjaman berisiko tertinggi 28,3%.

Baca Juga: Pada tahun ini BNI yakin penyaluran kredit minimal bisa tumbuh 6%

Rasio pinjaman berisiko tinggi miliki BMRI dan BBCA masing-masing sebesar 22,3% dan 18,8%. Sedangkan, BMRI memiliki rasio  Loan to Asset Ratio (LAR) tertinggi 36,8% diikuti oleh BBNI 27,1%, BBRI 26,2% dan BBCA 25,7%. 

"Kami memperkirakan biaya kredit bank menurun 40-50bps secara YoY pada tahun 2021. Karena kami yakin buffer penyediaan yang dibangun sejauh ini telah dilakukan cukup untuk menutupi potensi penurunan kualitas aset di masa mendatang," terang Prasetya dalam riset. 

Bahana Sekuritas pun mempertahankan rekomendasi BUY saham BBNI dengan target Rp 7.000 per saham. "Kami mempertahankan rekomendasi beli seiring dengan peningkatan belanja infrastruktur sebesar 40%," kata Prasetya dan Ramadhany.  Dukungan pemerintah secara agresif di sovereign wealth funds juga dapat menyebabkan perubahan haluan bagi bank, karena 53% portofolio pinjamannya ada di segmen korporasi. 

Dari segi valuasi, PBV BBNI lebih menarik daripada perusahaan sejenisnya. BBNI saat ini diperdagangkan pada PBV 1,0 kali pada tahun 2021. 

Baca Juga: Bank BUMN tingkatkan pencadangan kredit untuk mengantisipasi kenaikan NPL

Risiko penurunan utama untuk panggilan Bahana adalah jikaCoC lebih tinggi dari perkiraan dan lebih banyak restrukturisasi pinjaman yang menurunkan NIM.

Pada tahun 2020, net interest income BBNI tercatat Rp 37,15 triliun dengan laba bersih Rp 3,28 triliun. Sementara pada tahun ini, Bahana Sekuritas memperkirakan, net interest income mencapai Rp 40,32 triliundengan laba bersih Rp 6,98 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×