kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -17.000   -0,88%
  • USD/IDR 16.193   -55,00   -0,34%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Rencana The Fed memangkas pembelian obligasi bayangi outlook SBN


Minggu, 23 Mei 2021 / 11:42 WIB
Rencana The Fed memangkas pembelian obligasi bayangi outlook SBN
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta, Selasa (12/8). Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 12-08-2014


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali menunjukkan perbaikan kinerja. Dalam tiga bulan terakhir, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berada dalam tren bullish. Bahkan, pada Senin (17/5), ICBI berada di level 315,65 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah. Kendati demikian, pada Jumat (23/5), ICBI terkoreksi ke level 315,49.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menjelaskan, secara umum kinerja obligasi memang mengalami perbaikan. Namun, ia melihat tren positif saat ini berpotensi tidak akan berlangsung lama. Menurutnya, outlook pasar obligasi cenderung belum terlalu positif.

“Dari dalam negeri ada sentimen soal tax amnesty jilid II dan data neraca perdagangan yang positif, namun nyatanya pasar obligasi justru tertekan seiring adanya perubahan nada pada risalah pertemuan The Fed. Padahal, dalam kondisi normal, dua sentimen tadi bisa jadi katalis positif,” jelas Dimas kepada Kontan.co.id, Jumat (21/5).

Baca Juga: Penerbitan Samurai Bond sukses besar, pemerintah raup 100 miliar yen

Walaupun ada perubahan nada, Dimas meyakini The Fed masih belum akan mengurangi pembelian obligasi dalam waktu dekat. Hanya saja, ia menyebut pasar selalu bergerak lebih dahulu ketimbang timeline yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan nada dari The Fed, tidak menutup kemungkinan imbal hasil US Treasury akan naik lagi.

Lebih lanjut, Dimas juga cukup menyayangkan cara komunikasi yang dilakukan The Fed yang dianggap kurang maksimal. Alih-alih menunjukkan perubahan nada pada FOMC meeting, hal tersebut justru malah diperlihatkan melalui risalah pertemuan. Padahal, jika diungkapkan lewat FOMC meeting, ia menilai pasar justru akan lebih stabil.

Oleh karena itu, pada sisa akhir tahun ini, Dimas melihat kinerja obligasi masih akan cenderung berfluktuasi. Namun, dengan spread antara SBN Indonesia dengan US Treasury sudah konsisten di bawah 500 bps, ia menilai ketika ada koreksi, pasar SBN Indonesia akan jauh lebih resilient.

“Walau dari outlook mungkin belum terlalu positif, obligasi masih harus dipertimbangkan untuk portofolio investasi. Aset kelas obligasi selain penting untuk penyeimbang, dari sisi rata-rata kupon yang diberikan masih cukup tinggi. Jadi pada akhirnya kenaikan yield bisa dikompensasi oleh perolehan kupon,” pungkas Dimas.

Selanjutnya: Indeks LQ45 turun, berikut saham yang dinilai masih menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×