Reporter: Vina Elvira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Berlina Tbk (BRNA) akan melaksanakan aksi korporasi penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan target dana segar sebesar Rp 250 miliar.
Berlina akan melakukan penawaran umum terbatas III (PUT III) kepada pemegang saham atas penerbitan saham baru dalam jumlah sebanyak-banyaknya 244.777.500 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 50 per saham.
Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD, kepemilikan sahamnya akan terdilusi 20%.
Rencana aksi korporasi tersebut telah mendapatkan restu dari pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 4 Mei 2021 lalu.
Sekretaris Perusahaan Berlina Dewi Hartanti menuturkan, hingga saat ini pihaknya sudah menyelesaikan setiap tahapan uji kelayakan yang dapat dilakukan secara online.
Namun demikian, masih ada beberapa kendala yang dihadapi perusahaan, terutama terkait uji kelayakan fisik para calon investor. Hal ini lantaran masih ada kebijakan pembatasan kunjungan dan peraturan karantina oleh pemerintah untuk warga negara asing.
"Kami sangat berharap untuk bisa mempercepat proses ini setelah kondisi membaik," ungkap Dewi, Jumat (21/1) lalu.
Baca Juga: Di 2022, Berlina (BRNA) Masih Melanjutkan Program Capex Tahun Lalu
Dia menuturkan, dana rights issue tersebut nantinya akan digunakan untuk persiapan modal kerja dan capital expenditure (capex) perusahaan. Yang kebutuhannya diprediksikan akan meningkat seiring dengan naiknya penjualan pasca rights issue dan juga untuk rencana bisnis Berlina bersama calon investor.
"Aksi korporasi ini akan berdampak positif pada kinerja perseroan," tuturnya.
Terkait dengan kinerja tahun lalu, Dewi bilang, secara garis besar penjualan Berlina pada tahun 2021 diproyeksikan lebih rendah 5,5% dibandingkan realisasi penjualan pada tahun 2020, atau telah menurun sebanyak 13% dalam dua tahun terakhir.
Menghadapi kondisi itu, Berlina berupaya melakukan pembenahan fundamental operasional serta mengendalikan biaya secara efisien.
Menurut Dewi, kinerja BRNA di tahun 2021 juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku lebih dari 35% dibandingkan tahun 2020. Yang terjadi akibat kenaikan harga minyak bumi dan shipment congestion di seluruh dunia.
"Dengan penjualan yang menurun dan kenaikan harga bahan baku, perseroan masih berhasil membukukan EBITDA yang meningkat 15% dari proyeksi kinerja 2021 dibandingkan dengan kinerja tahun 2019, dan rasio EBITDA terhadap penjualan meningkat sebesar 3%," jelas Dewi.
Hingga kuartal III-2021, Berlina membukukan penjualan neto sebesar Rp 785,49 miliar. Jumlah ini menurun 8,92% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 862,42 miliar.
Dari sisi bottom line, BRNA tercatat membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 82,56 miliar. Jumlah ini naik dari kerugian pada kuartal III-2020 senilai Rp 79,74 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News