kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reli Terhenti, Harga Minyak Menutup Tahun 2021 Dengan Pelemahan


Sabtu, 01 Januari 2022 / 06:24 WIB
Reli Terhenti, Harga Minyak Menutup Tahun 2021 Dengan Pelemahan
ILUSTRASI. Harga minyak mentah koreksi di hari terakhir perdagangan tahun 2021


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak turun pada hari terakhir tahun 2021. Walau begitu, harga minyak ditetapkan untuk membukukan kenaikan tahunan terbesar setidaknya sejak tahun 2016.

Sentimen yang mendorong harga minyak sepanjang tahun ini adalah pemulihan ekonomi global dari kemerosotan pandemi Covid-19 dan pengekangan produsen, bahkan ketika infeksi mencapai rekor. tertinggi di seluruh dunia.

Jumat (31/12), harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2022 turun US$ 1,75 atau 2,2% ke US$ 77,78 per barel.

Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2022 koreksi US$ 1,78 atau 2,31% menjadi US$ 75,21 per barel.

Dengan posisi tersebut, Brent mengakhiri tahun 2021 dengan menguat 50,5%. Ini jadi kenaikan terbesar bagi Brent sejak tahun 2016 silam.

Sedangkan WTI melesat 55,5% di tahun 2021. Ini jadi kinerja terkuat untuk kontrak acuan tersebut sejak tahun 2009, ketika harga melonjak lebih dari 70%.

Baca Juga: Reli Terhenti, Harga Minyak Mentah Melemah 1% di Pagi Ini (31/12)

Kedua kontrak menyentuh puncak harga di 2021 pada bulan Oktober. Di mana Brent menyentuh level US$ 86,70 per barel, tertinggi sejak 2018, dan WTI ada di US$ 85,41 per barel, tertinggi sejak 2014.

"Tahun ini adalah kisah pemulihan global untuk produk minyak bumi," kata John Kilduff, Partner di Again Capital Management.

"Pasar minyak terus menjadi sangat reaktif terhadap perkembangan terbaru pada pandemi, kami belum keluar dari kesulitan, tetapi kami mendekati tingkat permintaan pra-pandemi," lanjut Kilduff.

Harga minyak global diperkirakan akan naik lebih lanjut di tahun 2022 karena permintaan bahan bakar jet yang terus meningkat.

"Kami memiliki Delta dan Omicron dan segala macam penguncian dan pembatasan perjalanan, tetapi permintaan minyak tetap relatif kuat," tambah Craig James, Chief Economist dari perusahaan pialang CommSec Australia.

"Anda dapat mengaitkannya dengan efek stimulus yang mendukung permintaan dan pembatasan pasokan," tegas dia.

Namun, setelah naik selama beberapa hari berturut-turut, reli harga minyak terhenti pada hari Jumat karena kasus Covid-19 melonjak ke posisi tertinggi pandemi baru di seluruh dunia. Kenaikan terjadi dari Australia hingga Amerika Serikat (AS), dipicu oleh varian virus corona Omicron yang sangat menular.

Baca Juga: Wall Street Akhiri Tahun 2021 yang Penuh Gejolak di Dekat Rekor Tertinggi

Pakar kesehatan AS sudah memperingatkan agar warga AS bersiap menghadapi gangguan parah dalam beberapa minggu mendatang, dengan tingkat infeksi kemungkinan akan memburuk di tengah meningkatnya perjalanan liburan, perayaan Tahun Baru, dan pembukaan kembali sekolah setelah liburan musim dingin.

Sebuah survei Reuters terhadap 35 ekonom dan analis memperkirakan, rata-rata minyak mentah Brent berada di US$ 73,57 per barel pada 2022. Data ini, turun 2% dari konsensus di bulan November yang berada di US$ 75,33 per barel.

Ini adalah penurunan pertama dalam perkiraan harga tahun 2022, sejak jajak pendapat di bulan Agustus silam.

Meringankan pemadaman produksi di Nigeria dan Ekuador membebani harga awal pekan ini.

Dengan harga minyak mendekati level US$ 80 per barel, saat OPEC+, mungkin akan tetap pada rencana mereka untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari ketika mereka bertemu pada 4 Januari, kata empat sumber.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×