Reporter: Asep Munazat |
JAKARTA. Reli harga batubara tersendat. Setelah melaju selama sembilan hari berturut-turut, harga kontrak batubara untuk pengiriman Maret 2011 di pasar ICE Newcastle, Selasa (1/3), terkoreksi tipis 0,04% menjadi US$ 130,90 per metrik ton.
Para analis menilai koreksi harga batubara hanya bersifat sementara. "Penurunan harga sebesar itu masih wajar. Kemungkinan pelaku pasar melakukan profit taking setelah harga batubara naik dalam beberapa hari terakhir," ujar Herry Setyawan, analis Indosukses Futures, Rabu (2/3).
Jika menggunakan pendekatan fundamental, komoditas energi ini masih dalam tren penguatan. Harga batubara seharusnya naik membuntuti harga minyak mentah serta emas.
Harga kontrak minyak mentah untuk pengiriman April 2011 di New York Mercantile Exchange, kemarin, di posisi US$ 99,89 per barel. Ini adalah rekor harga tertinggi minyak selama 29 bulan terakhir.
Faktor China
Herry melihat kenaikan harga komoditas tidak lepas dari ketegangan politik di kawasan Timur Tengah, terutama Libia. Bloomberg mencatat, suplai minyak dari negara ini mencapai 1,5 juta barel per hari.
Andreas Bokkenheuser, Direktur Riset untuk Komoditas Asia UBS Securities Pte Ltd, menyebutkan, harga komoditas energi seperti minyak dan batubara masih berpeluang naik selama ketegangan politik masih membekap kawasan Timur Tengah. Sedang Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Asia Futures menilai harga batubara sedang terkonsolidasi.
Dia berpendapat, harga batubara sangat dipengaruhi harga minyak yang saat ini belum bisa ditebak arahnya. "Tidak ada yang tahu kapan perang akan pecah. Tapi kemungkinan terjadinya perang menaikkan harga minyak," imbuh dia.
Terlepas dari krisis di kawasan Timur Tengah, Nico dan Andreas memprediksi harga batubara masih menanjak pada tahun ini. Kesenjangan antara pasokan yang merosot serta tingginya permintaan merupakan faktor utama pendongkrak harga batubara.
Kendati Pemerintah China merevisi target pertumbuhan ekonominya dari semula 8% menjadi 7% untuk tahun ini, Negeri Tembok Raksasa itu diprediksi masih akan mengimpor batubara dalam jumlah besar. "Dengan jumlah penduduk yang banyak, pasar China merupakan faktor penting dalam pergerakan harga batubara dan komoditas energi lain," ungkap Andreas.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan negara Eropa juga bisa menjadi pendorong permintaan batubara. "Saya memperkirakan harga batubara tahun ini akan naik hingga 21% daripada tahun lalu," tutur Andreas.
Adapun Nico menebak harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 120-US$ 130 per metrik ton.
Herry mengingatkan pasokan batubara saat ini cukup melimpah. Di sisi lain, China merevisi target pertumbuhan ekonominya hingga berpotensi mengurangi permintaan atas batubara.
Kondisi Australia juga mulai pulih pasca banjir sehingga ikut menambah pasokan batubara. Herry melihat harga batubara hingga akhir pekan ini berkisar US$ 110-US$ 150 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News