Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga batubara masih melanjutkan kenaikan yang sudah berlangsung dalam tiga hari terakhir.
Mengutip Bloomberg, Senin (27/3) harga batubara kontrak pengiriman Mei 2017 di ICE Futures Exchange melambung 0,49% ke level US$ 80,85 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Bahkan dalam sepekan terakhir harga sudah terbang 1,12%.
Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures menuturkan pergerakan batubara masih belum banyak mengalami perubahan. Sejak beberapa waktu terakhir malah cenderung konsolidasi dalam rentang sempit dan gagal menembus kembali ke atas level US$ 90 per metrik ton. Hal ini wajar mengingat kandasnya permintaan terutama dari China.
Dalam laporan terbaru National Bureau of Statistics konsumsi batubara China sepanjang tahun 2016 merosot 4,7% dibanding tahun sebelumnya. Sejalan, laporan Energy Information Administration (EIA) konsumsi batubara AS Februari 2017 turun dari bulan sebelumnya mencapai 64,69 juta ton menjadi 51,94 juta ton.
"Hanya saja penurunan cenderung tertahan akibat upaya China untuk menahan produksinya yang terasa di pasar global," ungkap Wahyu. Sepanjang 2016 saja, produksi China turun 9% menjadi 3,4 miliar ton. Sementara mulai akhir musim dingin ini Pemerintah China sudah bersiap untuk kembali melanjutkan proses penahanan produksi yang tadinya berlangsung sepanjang tahun 2016.
Menurut Wahyu katalis dari China masih akan mendominasi pergerakan harga batubara. Apalagi mengingat koreksi yang dialami USD juga turut menguntungkan pergerakan harga komoditas termasuk batubara. "Maka Rabu (29/3) harga batubara berpotensi untuk jaga kenaikan terbatasnya," duganya.
Selama masih terjadi tarik menarik sentimen di pasar global, ia memperkirakan harga batubara berpotensi jaga pergerakan di atas level US$ 80 per metrik ton. Setidaknya itu bisa dijaga hingga awal April 2017 mengingat pemerintah Beijing menetapkan larangan untuk membatasi jumlah produksi batubara yang diterapkan bagi produsen berskala besar dan kecil termasuk di provinsi Shanxi dan Sha'anxi. Sehingga efeknya para produsen tersebut hanya bisa memproduksi 70% dari total produksi. Larangan ini berlaku hingga Maret 2017.
"Setidaknya sepanjang minggu ini pun katalis tersebut masih bisa sokong harga," kata Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News