Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Buntut kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjalar ke mana-mana. Maklumlah, nyaris tak ada bisnis yang tak tersentuh bahan bakar. Nah, satu sektor yang diprediksi akan terpukul, jika harga BBM naik, 1 April nanti, adalah consumer goods.
Efek kenaikan harga BBM yang mudah ditebak adalah meningkatnya biaya operasional. Ambil contoh, biaya dalam mendistribusikan barang.
Analis menilai, imbas kenaikan harga BBM bagi produsen consumer goods tidak terbatas berupa peningkatan biaya operasional. Ancaman lain yang harus diantisipasi produsen consumer goods adalah daya beli masyarakat yang melemah.
Produk ternama
Dalam hitungan Jansen Kustianto, analis Sinarmas Sekuritas, kenaikan biaya transportasi tidak akan terlalu menggganggu emiten. Yang lebih mempengaruhi emiten adalah harga bahan baku.
Ni Putu Kurnia Sari, Analis Syailendra Capital, menambahkan, dengan menaikkan harga jual produk sekitar 3%-5%, emiten consumer goods sudah bisa mengompensasi kenaikan beban operasi.
Putu menuturkan, kenaikan harga BBM bersubsidi, akan lebih mempengaruhi daya beli masyarakat menengah ke bawah. Mereka akan mengurangi konsumsi produk yang tak termasuk kebutuhan pokok.
Penjualan emiten seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) diprediksi sedikit tertekan. Produk Mayora lebih banyak dikonsumsi kalangan menengah ke bawah.
Sementara, Andrey Wijaya, Analsis OSK Nusadana Securities Indonesia, mengatakan, penjualan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) tidak terlalu terganggu, kendati ROTI berencana menaikan harga jual rata-rata 10%. "Pasar Sari Roti, merek ROTI, cukup kuat," ujar dia.
Para analis, memprediksi emiten consumers goods kelas kakap, tak akan kesulitan mencetak pertumbuhan kinerja, kendati harga BBM naik. Mitchel Jauwanto, Analis Ciptadana Securities, menghitung, laba bersih UNVR di 2012 bisa mencapai Rp 4,28 triliun, naik 10,30% dari estimasi tahun lalu.
Mardesiana, analis Danareksa Sekuritas, menghitung laba bersih PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di 2012 sebesar Rp 2,28 triliun, atau naik 12% per tahun.
Sedang, untuk ROTI, Andrey Wijaya, Analsis OSK Nusadana Securities Indonesia memperkirakan laba bersih ROTI mencapai Rp 164 miliar naik dari estimasi tahun 2011 yang sebesar Rp 115 miliar.
Jansen memperkirakan laba bersih Mayora tahun ini tumbuh 74% menjadi Rp 705 miliar yoy. “Margin Mayora akan meningkat dengan beroperasinya pabrik baru,” kata dia.
Berikut ulasan analis terhadap valuasi empat emiten consumer goods tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News