Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak pada pasar saham maupun obligasi belakangan ini tak menghalangi manajer investasi mencetak kinerja apik. Salah satu produk reksadana campuran yang mampu menawarkan imbal hasil kinclong adalah Archipelago Balanced Fund.
Produk racikan PT Archipelago Asset Management tersebut mencatatkan kinerja sebesar 24,54% secara year-to-date (ytd) per 24 April lalu. Capaian ini jauh mengungguli rata-rata imbal hasil reksadana campuran yang tecermin pada Infovesta Balanced Fund Index yang cuma 0,37% ytd.
Head of Investment Archipelago, Effendi Hasim, mengungkapkan, reksadana Archipelago Balanced Fund memang merupakan salah satu produk andalannya. Dengan strategi aktif mengatur komposisi alokasi aset, produk yang terbit sejak 2013 ini konsisten memberi imbal hasil di atas rata-rata.
Effendi merinci, saat ini komposisi alokasi aset Archipelago Balanced Fund terdiri dari 49% pasar uang, 46% ekuitas, dan 5% fixed income. "Tidak banyak berubah, tapi kami memang lebih sering switching antara pasar uang dan saham saja," ujar Effendi, Rabu (25/4).
Dalam penempatan dana di ekuitas, Archipelago mengandalkan sektor konsumer dengan porsi 42%, sektor infrastruktur 22%, dan sektor tambang 16%. Sisanya tersebar di sektor properti, keuangan, serta barang dan jasa.
"Lima besar saham pilihan kami meliputi BBRI, TLKM, BMRI, ELSA, dan ACST," ungkap Effendi.
Di tengah penurunan kinerja pasar saham, Effendi menjelaskan, Archipelago Balanced Fund tetap mempertahankan strategi yang sudah ada. Sejak awal, Archipelago memang berupaya untuk tidak hanya fokus pada saham-saham berkapitalisasi besar, tetapi juga pada saham-saham lini kedua.
Namun, Effendi tidak menyebut target imbal hasil secara rinci hingga akhir tahun nanti. "Yang penting bisa konsisten saja di posisi seperti sekarang ini," pungkasnya.
Per 20 April lalu, dana kelolaan produk reksadana ini mencapai Rp 53 miliar. Adapun, Effendi tidak memasang target dana kelolaan spesifik untuk Archipelago Balanced Fund. Hingga akhir tahun, ia hanya menyebut target dana kelolaan secara keseluruhan bisa menyentuh Rp 1 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, berpendapat, imbal hasil yang ditawarkan Archipelago Balanced Fund ini sudah tergolong sangat tinggi. "Apalagi di saat kondisi saham dan obligasi sekarang belum begitu bagus," ujarnya, Rabu (25/4).
Wawan menilai, kelebihan produk ini bisa jadi terletak pada kemampuan manajer investasi memilih saham dalam portfolio. Sebab, kalau dari instrumen pasar uang sendiri, ia melihat kinerjanya hanya sekitar 2% secara ytd.
Selain itu, kinerja reksadana ini juga terbantu dengan posisi dana kelolaannya yang masih relatif kecil. "Dengan begitu, manajer investasi bisa lebih agresif masuk ke saham-saham second-liner," ujar Wawan.
Menurutnya, strategi Archipelago menempatkan portofolio pada saham-saham lini kedua, terutama di sektor energi seperti ELSA, sudah tepat. Secara ytd, harga saham ELSA saja sudah naik lebih dari 25%.
Adapun, tekanan yang masih menyelimuti indeks saham dan pasar obligasi akibat sentimen eksternal, kinerja reksadana campuran cednderung tertahan. Di kuartal pertama tahun ini saja, indeks rata-rata reksadana campuran milik Infovesta saja mencatat kinerja negatif 0,49%. Wawan memproyeksi kinerja rata-rata reksadana campuran di sepanjang tahun ini akan berkisar 8%-9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News