Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pekan ini pasar saham Indonesia semakin riuh. Investor makin rajin bertransaksi. Tengok saja, volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mencapai 39,04 miliar saham pada Kamis (27/10). Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sedang frekuensi mencapai 428.640 transaksi.
Yang menarik, meski volume transaksi naik tinggi, nilai transaksi tidak banyak berubah. Memang, Kamis lalu, nilai transaksi sempat mencapai Rp 9 triliun. Tapi rerata transaksi harian masih sekitar Rp 6,5 triliun. Maklum saja, saham yang ramai ditransaksikan adalah saham-saham yang harganya mini. Di antaranya adalah saham Grup Bakrie.
Dari 10 saham teraktif berdasarkan frekuensi jual-beli di perdagangan Kamis (27/10), enam di antaranya merupakan saham milik Grup Bakrie. Mereka adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Dharma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) dan Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP).
Keenamnya merupakan saham harganya pernah merosot hingga Rp 50, level terendah untuk perdagangan di pasar reguler BEI. Saham-saham tersebut masih berpeluang bergerak liar ke depannya, ditopang sentimen harga komoditas dan aksi korporasi masing-masing perusahaan.
Analis First Asia Capital David Nathatael Sutyanto tak menampik, banyaknya aksi beli pada saham Grup Bakrie mengerek naik volume transaksi bursa. Ia mengatakan, selama ada aksi beli ini seperti ini, maka volume transaksi bursa hingga akhir tahun bisa tetap tinggi.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, kejayaan saham-saham Bakrie hanya akan bertahan selama harga batubara cemerlang. Menurutnya, ada spekulasi harga batubara bisa kembali mencapai US$ 100 per ton. Hal ini bakal menjadi sentimen positif bagi emiten batubara. Pasalnya, kinerja emiten yang sudah lama terpuruk bakal kembali membaik.
Target transaksi
Meski sukses mengangkat volume transaksi, BEI menilai pergerakan saham Grup Bakrie tidak lantas membuat nilai perdagangan di bursa meningkat. "Jadi tidak bisa dibilang gara-gara saham Grup Bakrie aktif, lantas target transaksi langsung tercapai," kata Hamdi Hassyarbaini, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (28/10).
Ini terlihat dari rata-rata nilai transaksi harian yang tidak banyak berubah. Meski begitu, Hamdi masih yakin nilai transaksi harian bisa mencapai Rp 6,6 triliun di akhir tahun.
Pendorongnya adalah likuiditas BEI yang makin membaik. Jika dibandingkan dengan bursa lain di kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan kapitalisasi pasar modal Tanah Air memang terlihat paling tinggi. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar modal dalam negeri mencapai Rp 5.853 triliun, tumbuh 20% dari tahun lalu.
Hingga penutupan perdagangan kemarin, rata-rata volume transaksi harian juga masih meningkat menjadi 6,6 miliar saham per hari. Begitu juga frekuensi transaksi yang rata-rata per harinya mencapai 256.394 kali.
Hamdi menyebut aksi investor memburu saham berisiko tinggi masih wajar. Menurut dia, meski fundamental emiten masih buruk, tetapi investor menganggap prospek bisnis emiten ke depan cerah. "Fundamental itu kan historis, sementara banyak investor yang lihat prospek," kata dia. Meski begitu, ia memastikan BEI terus mengawasi jalannya perdagangan di bursa saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News