kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.066   81,71   1,17%
  • KOMPAS100 1.058   17,53   1,69%
  • LQ45 832   15,02   1,84%
  • ISSI 214   1,26   0,59%
  • IDX30 424   8,30   1,99%
  • IDXHIDIV20 511   9,19   1,83%
  • IDX80 121   1,97   1,66%
  • IDXV30 125   0,64   0,51%
  • IDXQ30 141   2,48   1,78%

RDG BI pekan ini bisa jadi sentimen tambahan di pasar obligasi


Senin, 18 Februari 2019 / 19:23 WIB
RDG BI pekan ini bisa jadi sentimen tambahan di pasar obligasi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan kembali digelar pada pekan ini. Agenda tersebut menjadi sentimen tambahan bagi pasar obligasi Indonesia di tengah sejumlah sentimen lain yang beredar belakangan ini.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengungkapkan, besar kemungkinan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Kendati begitu, agenda RDG BI dipastikan tetap menyedot perhatian para investor obligasi.

Para investor ingin mengetahui kebijakan bank sentral dalam menjaga nilai tukar rupiah dalam jangka pendek setelah kembali menembus ke area Rp 14.000 per dollar AS. Padahal, di awal bulan ini rupiah sempat rally di bawah level Rp 14.000 per dollar AS, sehingga berdampak positif bagi pasar obligasi domestik.

Tak hanya itu, para investor mencermati upaya jangka menengah hingga panjang BI dan pemerintah dalam menekan defisit neraca perdagangan Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia di bulan Januari mencatat defisit terbesar yakni sebesar US$ 1,16 miliar. Defisit ini merupakan yang terbesar dibandingkan periode yang sama sejak 2002.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyampaikan, sentimen ini yakni defisit neraca dagang, justru mendapat fokus yang lebih dari para investor alih-alih RDG BI nanti.

“Sentimen RDG BI hanya berpengaruh sedikit saja, karena konsensusnya suku bunga acuan akan tetap di level sekarang,” ujarnya, Senin (18/2).

Ia melanjutkan, defisit neraca dagang yang memburuk dikhawatirkan akan membuat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia kembali melebar dalam beberapa waktu ke depan. Ujung-ujungnya kurs rupiah yang sangat mempengaruhi pasar obligasi dalam negeri bakal sulit kembali ke area Rp 13.000 per dollar AS.

Bahkan, bukan tidak mungkin jika defisit transaksi berjalan yang terus melebar, BI terpaksa mengambil langkah untuk menaikkan suku bunga acuan demi menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. “Tapi kenaikan tersebut tidak terjadi di RDG BI pekan ini,” imbuh Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×