Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Para trader semakin merasa optimistis dengan pergerakan harga emas. Sejumlah analis, mulai dari Bank of America hingga Deutsche Bank AG, meramal harga emas akan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tahun depan setelah bank sentral berkomitmen untuk menggelontorkan stimulus.
Hasil survei Bloomberg menunjukkan, 15 dari 29 analis memprediksi harga emas akan naik pada pekan depan. Sedangkan tujuh analis lainnya meramal bearish dan tujuh analis memilih netral.
Seperti yang diketahui, the Federal reserve mengumumkan program quantitative easing ketiga pada 13 September lalu. Demikian pula halnya dengan Bank of Japan yang akan menggelontorkan dana senilai 10 triliun yen untuk membeli aset. Di Eropa, Bank Sentral Eropa mengumumkan program pembelian aset dengan nilai tak terbatas. Sedangkan China baru saja menyetujui program pembangunan subway senilai US$ 158 miliar.
Melihat pergerakannya di masa lalu, harga emas melonjak 70% pada periode Desember 2008 hingga Juni 2011. Pada saat itu, the Fed menggelar program quantitative easing pertama dan kedua.
"Emas merupakan komoditas yang paling mendapatkan keuntungan terbesar dari kebijakan quantitative easing. Semua orang membicarakan harga emas akan menyentuh level US$ 2.000 per troy ounce. Tapi saya rasa, harga emas masih di bawah level tersebut," papar Kamal Naqvi, head of commodities sales di Eropa, Timur Tengah dan Afrika untuk Credit Suisse Group AG di London.
Sekadar informasi, harga emas sudah menanjak 13% di sepanjang tahun ini ke posisi US$ 1.765,35 per troy ounce di London.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News