Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mencatatkan kinerja yang cukup memuaskan sepanjang semester I. Perusahaan konstruksi pelat merah ini berhasil mengantongi kontrak baru sebesar Rp 20,2 triliun, atau mencapai 49,7% dari target kontrak baru yang dibidik di 2017. Pencapaian ini meningkat 43% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari total kontrak baru yang diperoleh, sekitar 62,5% berasal dari badan usaha milik negara (BUMN), 26,3% dari swasta dan sisanya 11,2% dari pemerintah. Bila mengacu pada jenis pekerjaan, 36% proyek PTPP berupa proyek engineering procurement, construction (EPC), 32% pembangunan gedung, 19% jembatan dan 14% proyek air. "Ini pencapaian yang bagus karena sudah hampir separuh dari target," ujar Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas pada KONTAN, Senin (17/7).
Awal Juli ini, PTPP berhasil mendapatkan tambahan kontrak baru Rp 6,7 triliun. Perseroan ini baru saja ditetapkan sebagai kontraktor utama proyek pembangunan bandara Yogyakarta di Kulonprogo. Jika ditambahkan, kontrak baru PTPP telah mencapai Rp 26,9 triliun, atau 66,27% dari target tahun ini.
Kata Akhmad, PTPP hanya tinggal menanti katalis positif rencana pelepasan saham tiga anak usahanya. Meski sempat tertunda, selama pelaksanaan initial public offering (IPO) PT PP Presisi, PT PP Urban dan PT PP Energi dilakukan di 2017, hasilnya akan bagus.
PTPP kini berusaha memperkuat anak usahanya bakal IPO. Pada 13 Juli lalu, PP Presisi mengakuisisi saham PT Lancarjaya Mandiri Abadi milik Afandi Tjandra dengan nilai Rp 331,5 miliar. LMA bergerak di bidang jasa konstruksi, earth work, tambang dan penyewaan kendaraan.
Gani, analis Buana Capital, menilai PTPP banyak mengincar proyek infrastruktur, khususnya dari sesama BUMN. Investasi pada proyek infrastruktur dilakukan untuk meningkatkan pendapatan berulang. Jika di kuartal I-2017, porsi pendapatan berulang hanya sekitar 2,5%, maka dalam lima tahun ke depan targetnya 15%. Demi memenuhi target tersebut, PTPP kini banyak berinvestasi pada proyek independent power producer (IPP), proyek bandara dan proyek pelabuhan.
Di sisi lain, meski mengantongi kepemilikan di ruas tol Pandaan-Malang dan tol Manado-Bitung, tetapi PTPP justru tengah menghindari investasi signifikan di jalan tol. Perseroan ini memilih memegang maksimal 30% saham minoritas. "Investasi jalan tol dinilai lambat karena tertundanya proses akuisisi lahan," papar Gani.
Michael Ramba, analis BCA Sekuritas, memperkirakan, di kuartal II, pendapatan PTPP bisa naik 24,4% dibanding 2016. Di kuartal II tahun lalu, perseroan mengantongi pendapatan Rp 6,47 triliun. Manajemen PTPP memprediksi pendapatan di kuartal dua mencapai Rp 8,1 triliun. "Pendapatan di kuartal II-2017 bergantung pada kecepatan penyelesaian kontrak yang diperoleh," jelas Michael.
Dari sisi laba bersih, Michael memprediksi PTPP bisa mengantongi Rp 450 miliar, naik 26,6% dari periode yang sama tahun 2016. Sedangkan manajemen memprediksi laba bersih mencapai Rp 625 miliar.
Michael, Gani dan Akhmad sama-sama merekomendasikan buy saham PTPP dengan target masing-masing Rp 4.350, Rp 3.190 dan Rp 4.150 per saham. Kemarin, harga saham PTPP ditutup di Rp 2.990 per saham, turun 4,17% dibanding akhir pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News