Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mulai menyiapkan rencana pengembangan bisnis tahun depan. Perusahaan batubara pelat merah ini akan fokus di tiga proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Salah satunya, PLTU Mulut Tambang Peranap, Riau, yang memiliki kapasitas 2x600 megawatt (MW).
Milawarma, Direktur Utama PTBA, mengatakan, proyek ini adalah proyek kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Nilai investasinya mencapai US$ 1,8 miliar hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun.
Proses studi kelayakan alias feasibility study PLTU Peranap sudah tuntas. Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, PTBA akan melakukan penandatanganan perjanjian jual beli tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) dan mencari skema pendanaannya tahun depan.
Dengan begitu PTBA akan memulai masa konstruksi proyek ini pada tahun 2017. "Skemanya menggunakan project financing. Namun, detailnya belum bisa dipaparkan," kata Milawarma, akhir pekan lalu.
Biasanya, untuk proyek PLTU, PTBA menggunakan skema 70% pinjaman dan sisanya berasal dari ekuitas. Nantinya, kebutuhan batubara PLTU Peranap sekitar 7 juta ton per tahun.
Proyek PLTU lain yang akan dikerjakan 2016 adalah proyek PLTU Banko Tengah (Sumsel 8) di Sumatera Selatan. PLTU ini berkapasitas 2x600 MW.
PTBA sudah mengantongi pinjaman senilai US$ 1,2 miliar untuk menggarap proyek tersebut. Pinjaman itu diperoleh melalui anak usahanya, PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), dari The Export-Import Bank of China (CEXIM).
PTBA mengempit 45% saham HBAP dan memiliki kewajiban pendanaan sebesar US$ 180 juta. Sedangkan sisanya merupakan kewajiban dari mitra PTBA, China Huadian Hongkong Co Ltd.
Pinjaman tersebut memenuhi 75% kebutuhan nilai proyek Sumsel 8 yang mencapai US$ 1,59 miliar. Sementara 25% sisanya atau sekitar US$ 400 juta didanai dari ekuitas HBAP.
"Proyek ini sudah mulai konstruksi," ujar Milawarma. PLTU Sumsel 8 membutuhkan batubara sekitar 5 juta sampai 6 juta ton per tahun.
Pertumbuhan 15%
Selain itu, PTBA bakal melanjutkan pengembangan PLTU Banjarsari 2x110 MW di Mulut Tambang di Lahat Sumatera Selatan. "Tahun ini kami sudah mengajukan untuk program extention PLTU Banjar," terang Milawarma.
Kebutuhan batubara yang sudah eksisting di proyek ini sekitar 1,5 juta ton per tahun. Dengan banyaknya proyek PLTU yang dikerjakan tahun depan, PTBA berharap bisa meningkatkan volume penjualan dan produksi.
Sampai akhir kuartal ketiga tahun ini, Milawarma memperkirakan volume produksi PTBA naik sekitar 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun volume penjualan naik sekitar 8%-10%.
Tahun ini, PTBA berharap bisa meningkatkan penjualan sebesar 15% dari tahun lalu yang sebesar 17,96 juta ton. "Tahun 2016, dengan banyaknya permintaan domestik, produksi akan naik sekitar 15%," kata dia.
Tahun depan, PTBA menyiapkan belanja modal sama seperti tahun ini, yang mencapai sekitar Rp 5 triliun. Belanja modal itu akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas produksi, pengembangan pelabuhan dan pembangkit listrik.
Wiliam Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities, mengatakan, saat ini PTBA yang bergerak sebagai perusahaan energi bakal memperoleh margin lebih tinggi di masa yang akan datang.
"PTBA diversifikasi bisnisnya cukup bagus, terutama untuk PLTU di tengah penurunan harga batubara," ujarnya. Skema project financing untuk membiayai proyek PLTU diharapkan bisa meminimalisasi risiko.
"Kalau tahun depan suku bunga turun, kemungkinan lebih bagus untuk pendanaan dari utang," kata William. Dia merekomendasikan hold untuk saham PTBA dengan target Rp 7.000. Pada perdagangan akhir pekan lalu di bursa, harga saham PTBA ditutup di Rp 6.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News