Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis, groundbreaking pembangunan proyek kereta api di PT Bukit Asam Transpacific Railways (BATR) dapat dilaksanakan di tahun ini. "Groundbreakingnya pasti dilakukan tahun ini," kata Direktur Utama PTBA Milawarman saat ditemui di Jakarta, Selasa (6/3).
Sebenarnya, rencana pembangunan awal proyek kereta api batubara dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan ke Bandar Lampung sepanjang lebih kurang 300 km yang melewati delapan kabupaten dan satu kotamadya sudah dicanangkan sejak tahun lalu. Namun, pelaksanaannya terkendala kisruh pengelolaan tambang batubara di Banko.
Alhasil, rencana groundbreaking pun harus menunggu keluarnya revisi dari Peraturan Pemerintah no 32 tentang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari tambang Banko. "Kabarnya sih revisi PP sudah hampir kelar," tambah Milawarman. Revisi PP tersebut didalamnya akan membahas mengenai peralihan IUP karena saat ini IUP tambang Banko adalah milik PTBA, padahal seharusnya sesuai perjanjian untuk menggarap BATR, dimana tambang Bangko harusnya digarap oleh PT Bukit Asam Banko (BAB).
BAB adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh PTBA bersama-sama dengan Rajawali Asia Resources dengan komposisi 65% milik perusahaan pelat merah tersebut. Awalnya, BAB dibentuk untuk melakukan pertambangan di tambang Banko, namun terganjal dengan keluarnya UU Nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan Batubara yang baru diterapkan. UU tersebut menyebutkan, yang berhak melakukan kegiatan usaha penambangan adalah pemilik IUP.
Untuk proyek BATR sendiri, hingga akhir 2011 telah dilakukan proses pengurusan AMDAL kereta api dan AMDAL Pelabuhan. Selain itu, proses pembebasan lahan, proses pembuatan detail desain, proses perizinan, serta proses pendanaan dari lender sudah rampung dilaksanakan.
Sekadar informasi, proyek BATR merupakan proyek patungan antara Grup Rajawali melalui anak perusahaannya Rajawali Asia Resources (90%), dan sisanya adalah PTBA (10%). Sedangkan China Railway Group Limited memiliki hak opsi kepemilikan 10%. Sebenarnya PTBA pun memiliki opsi kepemilkan tambahan sebesar 20% sehingga nantinya kepemilikan di BATR bisa menjadi 30%. "Tapi belum kami putuskan mau diambil atau tidak. Tergantung hasil dari revisi PP itu," jelas Milawarman.
Sebagai catatan saja, pada 18 November lalu, BATR telah meneken kerangka kesepakatan pendanaan (financing framework agreement) dengan China Development Bank (CDB) dan China Railways Group Limited.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News