Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Meski punya performa yang kinclong, saham-saham sektor konstruksi terus berguguran. Hari ini saja saham sektor konstruksi pelat merah kompak mencatatkan penurunan. PT PP Tbk (PTPP) mencatatkan penurunan sebesar 40 poin ke level 2.520.
Bagi emiten konstruksiPTPP misalnya, proyek yang dikerjakan juga cukup besar dengan banyaknya kontrak yang sudah diterima. Hingga akhir Agustus saja, PTPP sudah mengantongi kontrak sebesar Rp 24,05 triliun.
Meski demikian, PTPP meyakinkan bahwa pendanaan ekspansi emiten akan aman dengan menyesuaikan durasi proyek.
"Proyek pemerintah tidak akan tender kalau dana tidak ada di APBN, jadi aman sekali.Untuk swasta, yang kita ikuti tender adalah yang sudah kita cek bahwa pemilik tersebut punya uang dan track record ke PP bagus. Demikian juga dengan BUMN, sinergi BUMN pasti aman," kata Nugroho Agung Sanyoto, Sekretaris Perusahaan PTPP kepada KONTAN, Rabu (13/9).
Saat ini beberapa proyek tengah dikerjakan oleh PTPP. Terbaru adalah proyek milik pengembang swasta Pollux yang bekerjasama dengan Mantan Presiden Indonesia ke-3, B.J. Habibie senilai 999,5 miliar. Sementara untuk komposisi kontrak PTPP saat ini berasal dari BUMN sebesar 52%, swasta sebesar 34%, dan pemerintah sebesar 14%.
Catatan, hari ini saham PT Wijaya Karya Tbk ((WIKA) juga mencatatkan penurunan sebesar 40 poin dari pembukaan ke level 1.855. Disusul PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang mencatatkan penurunan 40 poin ke level 1.850.
Bukan tanpa alasan para investor menarik diri untuk membeli saham-saham dari emiten-emiten konstruksi BUMN ini. Pendanaan diduga menjadi salah satu alasan kenapa emiten-emiten konstruksi BUMN ini semakin tidak dilirik oleh investor.
Beberapa analis melihat bahwa kabar terkait dengan gagalnya pendanaan akan menjadi sensitif terutama bagi investor konstruksi.
Kabar soal WSKT misalnya yang harus mencari cara baru demi mendapatkan dana ekspansi lantaran rencana divestasi 10 ruas jalan tol anak usahanya, PT waskita Toll Road harus tertunda.
Padahal sejatinya, divestasi jalan tol ini dilakukan sebagai alternatif pembiayaan ekspansi WSKT yang mencapai Rp 120 triliun dalam beberapa tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News