kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PSBB Jakarta tidak seberat sebelumnya, saham emiten rumahsakit masih belum menarik


Minggu, 20 September 2020 / 15:51 WIB
PSBB Jakarta tidak seberat sebelumnya, saham emiten rumahsakit masih belum menarik
ILUSTRASI. Suasana rumah sakit darurat penanganan Corona (COVID-19) di Siloam Hospitals Mampang, Jakarta Selatan


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak Senin (14/9). Keputusan tersebut diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (9/9). Ini menjadi tindak lanjut atas PSBB transisi yang berakhir pada Kamis, (10/9). 

Diterapkannya kembali PSBB di Jakarta menjadi tantangan bagi berbagai emiten, tidak terkecuali emiten rumah sakit. 

Meskipun kembali menjalani PSBB, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengamati PSBB Jakarta tidak akan lebih berat dibanding PSBB sebelumnya. 

"Sebab masyarakat sudah lebih siap dan terbiasa. Selain itu pihak rumah sakit juga sudah menerapkan protokol kesehatan yang lengkap," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (19/8). 

Baca Juga: Begini cara emiten rumah sakit menyiasati pengetaan PSBB terhadap bisnis perusahaan

Lebih lanjut ia menjelaskan, para dokter dan personil yang menyediakan jasa di rumah sakit sudah lebih siap dengan alat pelindung diri (APD) dan protokol di era adaptasi baru. 

Di sisi lain, di tengah PSBB yang ketat Aria masih melihat peluang untuk melayani para pasien baik pasien Covid-19 maupun penyakit lainnya. 

Hanya saja, dengan tambahan protokol kesehatan, Di sisi lain, melakukan sosialisasi kepada khalayak mengenai prosedur keamanan yang ditingkatkan. 

Walaupun harga saham emiten rumah sakit mayoritas sudah terkikis sejak awal tahun, Aria menilai investor belum mendapatkan harga yang murah untuk saat ini. 

"Belum ada rekomendasi beli untuk emiten rumah sakit. Sementara para investor dapat menunggu untuk mendapatkan harga yang lebih baik dari harga saat ini," kata Aria.

Di sisi lain, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menganggap kondisi koreksi sebagai kesempatan untuk mendapat harga diskon. Hanya saja, investor masih perlu menugggu momen teknikal karena pandemi ini memicu penurunan kinerja emiten rumah sakit.

Di antara saham emiten rumah sakit yang ada, Sukarno melihat MIKA, HEAL, dan SILO masih menarik. Investor bisa masuk ke saham SILO dengan buy on weakness atau buy bertahap karena tengah dalam tren penurunan. 

Untuk MIKA, masih dalam tren sideways, sehingga menurutnya masih perlu menunggu. Sementara saham HEAL secara teknikal  dalam tren kenaikan jangka pendek dan mencoba menguji level resistance-nya. Jika bertahan di atas level Rp 3.290 ada potensi lanjut meningkat.

"Ketika nanti vaksin diproduksi dan Covid-19 berhasil hilang, di saat itu investor tinggal jual," tambahnya. 

Sekadar informasi, pada penutupan perdagangan Jumat (18/9) saham MIKA, HEAL, dan SILO berada di harga Rp 2.330, Rp 3.300, dan Rp 4.670. 

Sejak awal tahun ketiga saham itu sudah terkikis, bahkan ada yang lebih dari dua digit. Mengutip data dari RTI Business, saham MIKA menurun 12,73% year to date (ytd), HEAL turun 7,82% ytd, dan SILO turun 32,81%.

Baca Juga: Analis: Vaksin covid-19 tidak sepenuhnya jadi katalis positif bagi emiten farmasi

Asal tahu saja, mayoritas saham emiten rumah sakit memang tercatat menurun. Selain tiga saham di atas, PT Rumah Sakit Royal Prima (PRIM) juga mengalami penurunan hingga 40% ytd menjadi Rp 252. 

Di sisi lain, ada juga PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang terkikis 53,20% ytd menjadi Rp 117. Hanya PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) yang masih menghijau 16,45% sejak melantai di bursa pada bulan Maret 2020 yang lalu. Saat ini saham CARE berada di harga Rp 354. 

Sukarno melihat, walau mayoritas kinerja emiten rumah sakit tertekan selama PSBB berlangsung, emiten rumah sakit masih bisa memanfaatkan peluang konsultasi online maupun pengembangan pelayanan kesehatan berbasis daring lainnya. 

Selanjutnya: Bisnis Alat Kesehatan Saat Pandemi, Baca Kiat dan Peluangnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×