CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

PSBB Jakarta berdampak minim ke emiten barang konsumsi


Rabu, 16 September 2020 / 15:10 WIB
PSBB Jakarta berdampak minim ke emiten barang konsumsi
ILUSTRASI. PSBB yang diterapkan selama dua minggu ke depan hanya akan memberi dampak yang relatif ringan pada sektor konsumsi.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini merupakan hari ketiga penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta. Dimulai sejak Senin (14/9), PSBB ketat ini akan berlangsung hingga dua pekan ke depan dan akan dievalusasi setelahnya. Namun, penerapan PSBB jilid kedua yang lebih lunak dibandingkan PSBB jilid pertama ini dinilai akan berdampak minim, salah satunya terhadap sektor barang konsumsi.

Natalia Sutanto, analis Danareksa Sekuritas mengatakan, sektor konsumsi akan tetap tangguh meski diterjang sentimen PSBB. Dalam pandangan Natalia, PSBB yang diterapkan selama dua minggu ke depan hanya akan memberikan dampak yang relatif ringan pada sektor konsumsi.

Natalia menilai, untuk menopang daya beli, pemerintah telah memberikan sejumlah stimulus, mulai dari menganggarkan dana total Rp 204 triliun untuk bantuan sosial (dengan realisasi pada awal September 2020 mencapai 56%). Ini termasuk bantuan tunai Rp 600.000 per bulan untuk pekerja dengan gaji bulanan maksimum Rp 5 juta, pelatihan pra-kerja dengan  bantuan senilai Rp 3,5juta untuk periode 4 bulan, serta subsidi listrik untuk pelanggan 450 Kva hingga 900 Kva.

Baca Juga: Sektor barang konsumsi jadi jawara sejak awal tahun, simak rekomendasi analis berikut

Natalia memperkirakan, perusahaan-perusahaan sektor barang konsumsi yang masuk dalam cakupan analisis Danareksa Sekuritas akan  membukukan pertumbuhan kinerja  di tengah kondisi ekonomi yang lemah.

Danareksa mencatat, pada akhir Agustus 2020, sejumlah bahan baku mengalami kenaikan harga secara yoy, seperti gandum (21% yoy), minyak sawit mentah atau CPO (35% yoy), susu skim (6% yoy) dan gula  14% yoy). Namun, banyak perusahaan sektor barang konsumsi memiliki fleksibilitas untuk menawarkan produk yang terjangkau . Hal ini akan membantu emiten barang konsumsi untuk mempertahankan margin kotor hingga akhir 2020 pada kisaran 37,8%.

Emiten juga melakukan efisiensi biaya operasional sebagian besar dalam hal biaya advertising & promotion (A&P) dan dikombinasikan dengan tarif pajak yang lebih rendah. “Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan yang solid pada tahun penuh 2020 sebesar 9,8% yoy, pertumbuhan yang jauh lebih baik daripada sektor lainnya,” tulis Natalia dalam riset, Selasa (15/9).

Danareksa Sekuritas mempertahankan status overweight untuk sektor ini. Adapun saham-saham yang direkomendasikan Danareksa, antara lain beli saham ICBP dengan target harga Rp 12.700, INDF dengan target harga Rp 9.000, KLBF dengan target harga Rp 1.900, UNVR dengan target harga Rp 9.100, MYOR dengan target harga Rp 2,800, dan SIDO dengan target harga Rp 765. Sementara untuk saham KINO direkomendasikan jual dengan target harga Rp 2.700

Adapun risiko atas rekomendasi ini adalah terus meningkatnya  harga bahan baku yang dapat mengurangi margin emiten serta daya beli masyarakat yang lemah sehingga berdampak negatif pada penjualan perusahaan konsumer.

Selanjutnya: Saham emiten barang konsumsi masih menarik dan terdiskon!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×