Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Prospek harga yang suram sulit membangkitkan harga minyak. Apalagi, permintaan terhadap minyak diprediksi merosot karena perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang dan China.
Namun harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI), Senin (22/10) pukul 15.00 WIB naik menjadi US$ 90,34 per barel. Harga kontrak pengiriman minyak WTI untuk November 2012 di bursa Nymex itu, menguat 0,32% dari hari sebelumnya, yang merupakan rekor terendah selama dua pekan terakhir.
Kendati minyak mampu bangkit, namun analis menilai, bayang-bayang koreksi jauh lebih besar daripada potensi penguatan. “Perekonomian global sedang berjalan lambat. Situasi ekonomi dunia yang lesu, berpotensi mengurangi permintaan minyak,” kata Ken Hasegawa, Commodity Sales Manager di Newedge Group Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.
Analis Soegee Futures, Nizar Hilmy mengatakan, harga minyak sempat jatuh karena penguatan dollar AS terhadap valuta utama. Kinerja emiten kelas kakap di AS yang lemah, membawa imbas negatif terhadap harga minyak.
“Timur Tengah sebagai satu patokan minyak dunia membawa pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan harga minyak," kata Nizar. Saat ini, konflik Suriah yang belum menemukan titik terang menjadi faktor yang menekan harga minyak.
Cadangan pun naik
Nizar menambahkan, pasar sedang menunggu hasil pertemuan otoritas moneter AS, The Federal Reserves, serta produk domestik bruto terbaru AS, yang diumumkan pada 24 Oktober.
Analis Senior Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, menuturkan, hubungan dagang Korea Selatan dan Iran yang kembali dibuka menjadi faktor positif bagi minyak. Namun, cadangan minyak AS yang berlimpah, bisa menjatuhkan harga minyak. Alasan Daru, beberapa waktu mendatang AS tidak akan impor minyak secara berlebihan.
Secara teknikal, Nizar melihat, harga minyak cenderung melemah. Ia merujuk ke moving average (MA) 25 yang bergerak ke bawah, mengindikasikan bearish. Moving average convergence divergence (MACD) yang negatif sementara relative strength index (RSI) menanjak. Namun, stochastic menurun.
Nizar memprediksi, minyak WTI memiliki rentang support US$ 88,50 serta resistance US$ 91,30 per barel. Sementara Daru memprediksi harga minyak WTI akan berkisar US$ 88,70 - US$ 91,60.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News