Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Setelah kemarin melejit, harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) tumbang lagi di hari ini (21/6). Harga minyak nabati ini rontok, lantaran The Federal Reserves menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Apalagi, bank sentral AS hanya berjanji melanjutkan stimulus lama.
Akibatnya, kontrak CPO untuk pengiriman Agustus di Malaysia Derivatives Exchange sempat rontok 1,8% ke level RM 2.986 atau setara US$ 942 per metrik ton, sebelum menutup sesi pagi di level RM 2.993.
Padahal, kemarin, harga minyak sawit melesat 3,2% dan bertengger di atas RM 3.000 per metrik ton. Pemicunya, kekhawatiran cuaca kering yang bisa menyurutkan produksi kedelai. Minyak kedelai merupakan produk substitusi minyak sawit.
Kemarin, The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan AS di 2012 pada kisaran 1,9%-2,4%, dari proyeksi sebelumnya mencapai 2,4%-2,9%. Di saat bersamaan, The Fed juga memutuskan melanjutkan program Operation Twist senilai US$ 267 miliar hingga akhir tahun ini. Itu artinya, jangka waktu stimulus lebih pendek dari ekspektasi investor yang mengharapkan adanya program stimulus baru.
"Orang-orang mengantisipasi kabar baik dari Bernanke berupa paket stimulus baru. Tapi, keputusan The Fed dengan melanjutkan Operation Twist-nya mengecewakan banyak investor," ulas Chandran Sinnasamy, kepala trader di LT Internasional (M) Sdn., Kuala Lumpur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News