Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: S.S. Kurniawan
Persaingan bisnis pengelolaan investasi di tanah air kian sengit. Manajer investasi mesti lebih kreatif lagi dalam meracik produk reksadana, demi merebut hati investor.
Bukan hanya hati pemodal lokal, juga investor asing. Itu sebabnya, PT Yuanta Asset Management melirik pasar luar negeri sebagai suatu peluang.
Herliyan Dewabrata, Presiden Direktur Yuanta Management, mengungkapkan, banyak investor potensial di luar negeri yang ingin melakukan diversifikasi portofolio investasinya di emerging market, salah satunya, ya, di Indonesia.
Nah, untuk menjaring investor asing, pemodal lokal juga tentu, anak usaha Yuanta Finacial Holdings asal Taiwan ini merilis reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). Namanya: Reksadana Yuanta USD Fixed Income yang baru meluncur ke pasar pada 6 Januari 2017 lalu.
“Ini juga menjadi salah satu jawaban untuk menyiasati kondisi perekonomian China yang sedang mengalami penurunan,” kata Herliyan. Produk reksadana yang mengantongi tanggal efektif pada 27 Oktober 2016 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini mengincar investor ritel maupun institusi.
Reksadana Yuanta USD Fixed Income juga cocok untuk investor yang menginginkan peningkatan modal dalam jangka menengah panjang. Juga, investor pembidik imbal hasil yang lebih menarik dibanding deposito dollar AS.
Yuanta Management memasang target return sekitar 2,5% hingga 3% per tahun untuk produk reksadana besutannya itu. “Tahap awal, dalam dua tahun ke depan kami menargetkan dana kelolaan sebesar US$ 40 juta,” ujar Herliyan.
Untuk mengejar target imbal hasil tersebut, perusahaan investasi yang berdiri 2011 lalu ini memakai metode pengelolaan instrumen investasi dengan membuat porsi yang lebih aktif atawa trading. Mereka menempatkan dana kelolaan Reksadana Yuanta USD Fixed Income di obligasi Pemerintah RI berdenominasi dollar AS. Porsinya mencapai 80%–100%.
Tenor surat berharga negara (SBN) yang jadi pilihan Yuanta Management adalah 5 tahun–15 tahun. “Karena pasarnya masih dianggap dalam kategori volatile,” ucap Herliyan.
Selain di SBN berdenominasi dollar AS, Yuanta Management juga akan menempatkan dana kelolaan reksadananya di deposito USD perbankan dalam negeri, yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tapi, porsinya tidak lebih dari 10%.
Menurut Herliyan, kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) bakal mengerek imbal hasil obligasi yang menjadi aset dasar Reksadana Yuanta USD Fixed Income. “Ini merupakan peluang bagi investor untuk membeli reksadana kami ketika harga obligasi tertekan,” kata Herliyan berpromosi.
Bagi investor yang tertarik, investasi awal dan berikutnya minimal US$ 100.000. Biaya pembelian maksimum 2% dari nilai pembelian per tahun. Sedang biaya jasa manajer investasi maksimal 1% dari nilai aktiva bersih (NAB) setahun.
Tidak sebagus 2016
Tahun lalu, Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst PT Infovesta Utama, membeberkan, pendapatan tetap dollar AS berkinerja baik. Imbal hasilnya rata-rata 5,5%.
Dari 14 produk reksadana pendapatan tetap berdenominasi mata uang negeri Uwak Sam, yang paling rendah imbal hasilnya sebesar 1,2%. Tapi, “Ini pun sebenarnya masih lebih tinggi dari reksadana berbasis deposito dollar AS,” katanya.
Yang jadi katalis positif tahun lalu adalah tren penurunan suku bunga. Otomatis, harga obligasi naik. Lalu, faktor pendukung berikutnya: dollar AS menguat terhadap rupiah.
Tak heran, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dollar AS di 2016 melonjak 55% menjadi US$ 293 juta ketimbang 2015 yang hanya US$ 188,5 juta. “Berarti, pertumbuhannya sangat baik,” ujar Wawan.
Hanya untuk tahun ini, Wawan memperkirakan, kinerja reksadana pendapatan tetap dollar AS tidak akan sebagus tahun lalu. Soalnya, peluang tren penurunan suku bunga berlanjut sangat kecil.
Kalau dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dollar AS mayoritas ditempatkan di SBN berdenominasi USD, Wawan memproyeksikan, imbal hasilnya tahun ini hanya berkisar 3%–4%. Tapi, “Kalau di obligasi korporasi dengan denominasi dollar AS, mungkin return-nya bisa lebih tinggi,” kata dia.
Buat investor yang ingin melakukan diversifikasi investasi dari rupiah ke dollar AS, menurut Wawan, mereka juga berpotensi mengantongi keuntungan nilai tukar dengan membeli reksadana pendapatan tetap USD. Dengan catatan, ekonomi AS membaik dan suku bunga The Fed naik. Ini bisa membuat The Greenback menguat.
Tertarik berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News