kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prospek emiten semen di Indonesia


Senin, 04 Juli 2011 / 08:55 WIB
Prospek emiten semen di Indonesia
ILUSTRASI. Seorang perawat menyiapkan vaksin Sputnik-V Rusia untuk melawan penyakit virus corona (COVID-19) untuk inokulasi dalam tahap uji coba pasca-pendaftaran di sebuah klinik di Moskow, Rusia, 17 September 2020.


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kondisi ekonomi terkini ibarat angin segar bagi produsen semen. Indikator makroekonomi, seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) dan suku bunga, di atas kertas akan mendongkrak penjualan semen.

Budi Rustanto, analis Valbury Equity Research, mengutip proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (ASI) bahwa penjualan semen nasional akan mengalami pertumbuhan 6%-8% tahun ini. "Pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan GDP," kata Budi, Jumat (1/7).

Budi mengungkapkan, sekitar 60%-70% konsumsi semen nasional diserap sektor swasta, terutama properti perumahan dan perkantoran. Sebagian kecil sisanya diserap pemerintah. Namun, master plan pembangunan infrastruktur dan konstruksi pemerintah hingga tahun 2015 bisa menjadi salah satu katalis permintaan semen.

Hanya, produsen semen harus mengantisipasi masuknya pemain asing serta keterbatasan kapasitas produksi. Budi mengingatkan, produsen semen lokal tidak bisa memenuhi permintaan di tahun 2015 jika tidak melakukan ekspansi. "Saat ini kapasitas produksi semua produsen semen sudah terbatas," ujar dia.

Sebagai top pick, Budi memilih PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) yang menguasai pangsa pasar terbesar, yaitu 41,1% per Mei 2011. Nilai tersebut sebenarnya mengalami penurunan dari 42,8% di periode yang sama tahun lalu.

Namun, SMGR tengah membangun pabrik semen di Tonasa dan Tuban, serta pembangkit listrik di Tonasa. Kontribusi Pulau Jawa pada penjualan mencapai 48,2% per Mei 2011.

Ekspansi juga dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Parakasa Tbk (INTP) serta PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Meramalkan bahwa dua tahun ke depan akan menjadi puncak untuk proyek infrastruktur, INTP meningkatkan porsi segmen semen aduk (ready-mix) dengan menambah 100 truk baru. Menurut Octavius Oky Prakarsa, Analis Mandiri Sekuritas, permintaan semen mix memang meningkat tajam, 24,3% di empat bulan pertama tahun ini. Sayang, pangsa pasar INTP relatif stagnan di 31,0% per Mei 2011.

Peningkatan pangsa pasar justru dialami SMCB, dari 13,7% per Mei 2010 menjadi 16,3% per Mei 2011. Namun, emiten itu perusahaan gagal mencetak pertumbuhan laba di kuartal pertama meskipun pendapatannya meningkat. "Untuk memperluas penetrasi pasar, perusahaan telah mengorbankan keuntungan," ujar Adrianus Bias Prasuryo, analis Samuel Sekuritas.

Diminati asing

Menurut Octavius Oky Prakarsa, analis Mandiri Sekuritas, permintaan semen mix memang meningkat tajam, 24,3% di empat bulan pertama tahun ini. Sayang, pangsa pasar INTP relatif stagnan di 31,0% per Mei 2011.

Peningkatan pangsa pasar justru dialami SMCB, dari 13,7% per Mei 2010 menjadi 16,3% per Mei 2011. Namun, emiten itu gagal mencetak pertumbuhan laba di kuartal pertama meskipun pendapatannya meningkat. "Untuk memperluas penetrasi pasar, perusahaan telah mengorbankan keuntungan," ujar Adrianus Bias Prasuryo, analis Samuel Sekuritas.

Perusahaan semen dalam negeri juga harus siap bersaing dengan banyaknya pemain asing yang berminat di sektor ini. Berdasarkan catatan KONTAN, setidaknya ada tiga pemain asing, yaitu konsorsium Anhui Conch Cement Company dan China Triumph International Engineering Co Ltd asal Cina, serta PT Lafarge Cement Indonesia asal Perancis, yang siap menyuntikkan dana untuk membangun pabrik semen di Indonesia.

"Perusahaan semen domestik masih bisa berjaya karena sudah punya brand image," ujar Budi. Namun, dia mewaspadai strategi para pemain asing ini, seperti pricing. Dia mengutarakan, margin industri semen di Indonesia cukup tinggi, sekitar 15%-20%, sehingga masih menarik untuk pemain baru.

Senada dengan Budi, Octavius juga memperkirakan ancaman dari pemain baru akan minimal, setidaknya dalam jangka pendek. "Pemain baru masih butuh waktu untuk memenangkan pasar," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×