Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) memasuki 2026 dengan target pertumbuhan pendapatan sekitar 5%. Namun analis menilai pemulihan kinerja emiten event organizer ini masih bergantung pada perbaikan konsumsi dan efektivitas strategi diversifikasi perseroan.
Abdul Azis Setyo Wibowo, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan 2025 merupakan tahun yang menantang bagi DYAN. Tekanan efisiensi anggaran pemerintah serta pelemahan konsumsi domestik berdampak langsung pada kinerja perseroan, baik dari sisi pendapatan maupun laba.
“Tahun ini memang jadi tahun yang berat bagi DYAN. Efisiensi pemerintah dan melemahnya konsumsi menjadi faktor utama penekan kinerja dan hal ini terlihat jelas pada penurunan top line serta bottom line,” ujar Azis kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).
Baca Juga: Dyandra (DYAN) Pasang Target Moderat pada 2026, Ini Kata Analis
Meski demikian, menurutnya target pertumbuhan pendapatan single digit pada 2026 masih realistis. Diversifikasi DYAN ke segmen event berbasis intellectual property (IP) dan klien korporasi memberi ruang pertumbuhan, meski pemulihan konsumsi tetap menjadi kunci.
“Pertumbuhan single digit bisa realistis, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana konsumsi bisa pulih. Bila konsumsi membaik, belanja event oleh korporasi bisa meningkat sehingga berdampak positif bagi DYAN,” jelas Azis.
Di sisi valuasi, Azis menyebut saham DYAN saat ini tergolong murah. PBV (price to book value) berada di kisaran 0,52 kali, lebih rendah dari rata-rata historis industri. Ia menyebut posisi PBV DYAN berada di bawah SD-1, yang berarti valuasinya berada satu standar deviasi di bawah rata-rata historis industri. Posisi ini biasanya menunjukkan saham yang relatif lebih murah dibanding kecenderungan historisnya.
Baca Juga: Kinerja Dyandra Media (DYAN) Dihantui Efisiensi Pemerintah, Ini Rekomendasi Sahamnya
“Secara valuasi, PBV berada di bawah SD-1, yaitu di level 0,52 kali. Walaupun undervalued, perbaikan kinerja tetap menjadi harapan utama untuk mendorong harga saham,” katanya.
Untuk prospek 2026, Azis menilai investor masih perlu berhati-hati. Belum kuatnya pemulihan konsumsi serta ketergantungan sebagian segmen pada belanja pemerintah membuat potensi tekanan masih ada.
“Untuk saat ini kami masih merekomendasikan wait and see,” tutupnya.
Baca Juga: Laba Dyandra (DYAN) Turun 46,32% per Kuartal III-2025, Ini Kata Manajemen
Selanjutnya: Ini Sejumlah Peluang yang Bisa Dioptimalkan Reasuransi untuk Tingkatkan Ekuitas
Menarik Dibaca: Apakah Roti Gandum Bagus untuk Diet atau Tidak? Cari Tahu di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













