kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek cerah, harga Binance Coin (BNB) diprediksi terus naik dalam jangka panjang


Kamis, 22 April 2021 / 18:01 WIB
Prospek cerah, harga Binance Coin (BNB) diprediksi terus naik dalam jangka panjang
ILUSTRASI. Binance coin.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Popularitas uang kripto yang semakin meningkat membuat banyak masyarakat mulai meliriknya sebagai pilihan investasi alternatif. Terlebih imbal hasil yang menggiurkan kian membuat pesona uang kripto bertambah. 

Aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum, saat ini menjadi top of mind para investor aset kripto, namun jangan lupakan Binance Coin (BNB) sebagai pilihan.

BNB merupakan aset kripto yang diterbitkan oleh Binance Exchange pada 2017 silam. Koin BNB adalah berjenis token ERC-20 yang berjalan di atas blockchain Ethereum. 

Pada awal pengembangannya, koin BNB diperuntukkan hanya untuk mendukung operasional exchange Binance Exchange saja. 

Dari segi likuiditas, BNB juga merupakan salah satu yang terbesar. Merujuk laman coinmarketcap.com, market cap BNB sudah menyentuh US$ 84,38 miliar atau yang terbesar ketiga setelah Bitcoin dan Ethereum.

Presiden Komisioner HFX International Sutopo Widodo mengatakan, BNB juga menjadi salah satu aset kripto yang populer dan diminati di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari volume perdagangan BNB dalam satu hari terakhir. 

Baca Juga: Tidak lama lagi, Kemendag akan meluncurkan bursa kripto

Merujuk Indodax, dalam 24 jam terakhir, volume transaksi BNB mencapai Rp 205 juta atau yang tertinggi nomer dua, hanya kalah dari Dogecoin (DOGE).

“BNB diminati karena punya banyak utilitas, seperti pembayaran untuk biaya perdagangan, biaya pertukaran, biaya pencatatan, dan biaya-biaya lainnya yang terdapat di bursa Binance.

Ditambah lagi, setiap trader yang menggunakan BNB akan mendapatkan diskon fee untuk setiap transaksi yang dilakukan di Binance Exchange,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Dikutip dari Investopedia, di tahun pertama peluncurannya, Binance memberikan potongan harga sebesar 50% bagi trader yang melakukan perdagangan lewat BNB. Namun, pemberian diskon akan berkurang secara bertahap hingga lima tahun ke depan. Kini, diskon yang diberikan hanya sebesar 6,25%, sebelum di tahun depan tidak berlaku lagi.

Sutopo menambahkan, saat ini banyak trader yang memegang BNB juga dikarenakan Binance Exchange merupakan exchange terbesar di dunia yang punya nilai total transaksi besar. Oleh karena itu, banyak trader yang memutuskan menahan BNB karena percaya akan prospek perkembangan Binance Exchange ke depan.

Selain itu, dia juga menyebut salah satu yang membuat BNB menarik adalah BNB bisa digunakan untuk berinvestasi di Initial Coin Offering (ICO) yang terdaftar lewat Launchpad Binance Cryptocurrency yang nantinya akan listing di bursa Binance. 

Baca Juga: Bappebti jelaskan soal rencana pengenaan pajak pada kripto

Merujuk coinmarketcap.com, Kamis (22/4) pukul 16.50 WIB, harga BNB berada di level US$ 556,09 atau turun 5,96% dibanding hari sebelumnya. Kendati demikian, kemarin BNB sempat hampir menyentuh level US$ 600. Banyak kalangan yang memperkirakan harga BNB ke depan masih akan terus menguat.

Sutopo juga meyakini hal tersebut berpotensi terjadi. Apalagi, Binance punya kebijakan untuk melakukan pembelian 100 juta token BNB di pasar untuk kemudian dibakar. Artinya, total token BNB yang hampir mencapai 200 juta akan berkurang setengahnya. Dus, dengan supply yang berkurang namun demand tetap bertambah, harga BNB dengan sendirinya akan naik.

“Sehingga dalam waktu jangka panjang, setidaknya 2 tahun - 5 tahun ke depan, diperkirakan harga BNB akan menembus US$ 1.500. Hal ini tentunya akan dibarengi dengan beberapa koreksi terlebih dahulu sebelum mencapai level tersebut,” pungkas Sutopo.

Selanjutnya: Pemerintah wacanakan pajak transaksi aset kripto, bagaimana skemanya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×