kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Prospek BMRI saat tren suku bunga tinggi


Kamis, 10 Oktober 2013 / 07:00 WIB
Prospek BMRI saat tren suku bunga tinggi
ILUSTRASI. Kantung mata


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga sejak bulan Juni 2013 lalu, mulai tertahan. Pekan ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,25%.

Cuma, kalau dihitung, di tahun ini, BI rate sudah naik 150 basis poin. Tren kenaikan bunga tersebut diperkirakan akan menekan kinerja emiten perbankan, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Emiten ini bahkan sudah merevisi target pertumbuhan kredit di tahun ini dari semula 22% menjadi sekitar 19%-20%.

Kenaikan BI rate juga akan mendongkrak biaya dana (cost of fund) BMRI dan ujungnya akan menekan margin bunga bersih. Untuk menyiasati, BMRI sudah menaikkan suku bunga kredit.

Di semester I 2013, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BMRI tercatat 5,48%. Meski akan tertekan, tapi analis Bahana Securities Teguh P. Hartanto bilang, sebetulnya NIM BMRI berpeluang naik 20 basis poin-30 basis poin hingga akhir tahun ini.

Untungnya, BMRI memiliki dana di obligasi berbunga mengambang (variable rate) senilai Rp 68 triliun. Kenaikan BI rate akan mendongkrak imbal hasil obligasi tersebut. Dus, ini bisa mengompensasi potensi penurunan NIM BMRI. "Obligasi ini bisa membantu likuiditas BMRI," ujar analis Samuel Sekuritas, Joseph Pangaribuan.

Setali tiga uang, Teguh menambahkan, bank milik pemerintah ini bisa memperoleh kupon lebih baik kalau BI rate naik. Sebab, pergerakan kupon obligasi mengacu pada pergerakan BI rate.

Hanya saja, analis MNC Securities, Martha Christina Puspitasari menilai, pendapatan dari bunga obligasi tersebut tidak terlalu signifikan bagi kinerja BMRI. Ia mengatakan, kontribusi pendapatan dari obligasi ke total pendapatan bunga BMRI hanya sekitar 6,5% saja.

Di akhir Juni 2013 lalu, pendapatan bunga BMRI tercatat Rp 23,11 triliun, naik 14,29% dari periode sama tahun lalu.

NPL akan naik

Meski penyaluran kredit BMRI akan melambat, tapi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BMRI masih di level yang aman. Di semester I-2013, LDR BMRI tercatat 82,75%. Teguh menduga, hingga akhir 2013, LDR BMRI akan berada dalam batas aman,  yakni 83% hingga 85%.

Hanya saja, kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) BMRI berpotensi meningkat. Teguh menghitung, NPL BMRI bisa naik sekitar 20 basis poin-30 basis poin karena kenaikan suku bunga kredit. Di semester I-2013, NPL gross BMRI tercatat 1,77%, turun dari periode sama tahun 2012 sebesar 1,95%.

Martha menambahkan, tahun ini pertumbuhan kredit BMRI bisa mencapai 20%. Hingga semester I 2013 lalu, total kredit BMRI mencapai Rp 432,24 triliun.

Kendati margin tertekan, kinerja BMRI akan tumbuh positif tahun ini. Martha  memperkirakan, laba bersih BMRI di tahun ini bisa mencapai Rp 16,3 triliun, atau naik 5% dari tahun lalu.

Martha pun menyarankan beli saham BMRI dengan target Rp 10.000 per saham. Joseph juga merekomendasikan buy saham BMRI dengan target harga Rp 10.250.

Adapun, Teguh merekomendasikan hold saham BMRI dengan target Rp 9.500. Kemarin, harga BMRI naik 1,16% ke Rp 8.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×