Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Melihat laju ekonomi melambat, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) harus realistis. Anak usaha Grup Astra ini merevisi target pembukaan gerai, dari semula 65 gerai hanya menjadi 33 gerai. Kondisi makro ekonomi Indonesia memang belakangan ini tertekan.
Walhasil, penjualan kendaraan bermotor menginjak pedal rem. Efek dominonya, permintaan suku cadang otomotif menyusut dan mempengaruhi rencana kerja AUTO. Meski demikian analis melihat, prospek AUTO masih cerah.
"Karena AUTO masih memiliki fundamental yang relatif solid," ujar Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu, kepada KONTAN, kemarin (12/10).
Untuk jangka panjang, saham AUTO bisa dilirik. AUTO masih menjadi pemain utama dalam bisnis jual beli suku cadang kendaraan bermotor. Produknya pun mendominasi pasar ritel otomotif di Indonesia.
Meski merevisi rencana pembukaan gerai, menurut Lucky, AUTO tidak meninggalkan agenda ekspansi lain. Salah satunya adalah membangun pabrik baru, yang bekerjasama dengan Bridgestone Corporation. AUTO berinvestasi sekitar Rp 174 miliar untuk membangun pabrik peredam getar karet.
Pabrik yang berlokasi di Purwakarta Jawa Barat ini ditargetkan beroperasi Januari 2016. Di perusahaan patungan ini, AUTO menggenggam 49% saham, sementara Bridgestone menguasai 51% saham. Pergerakan saham AUTO juga masih terbilang menarik.
"Harga saham AUTO masih berada di bawah nilai pasar," ungkap Lucky.
Efek pameran otomotif
Untuk menyiasati pelemahan penjualan, AUTO sebenarnya bisa memanfaatkan momentum pameran otomotif. Pada 28 Oktober hingga 1 November 2015, bakal ada pameran bertajuk Jakarta Auto Show 2015.
Namun Lucky menilai, pameran ini tak akan mendongkrak penjualan AUTO. Sebab, event tersebut menampilkan mobil segmen menengah ke atas. Dari sisi jumlah kendaraan lebih kecil, sehingga transaksinya pun tidak besar.
"Target transaksi event itu juga masih sama seperti tahun lalu, Rp 5 triliun, jadi sifatnya netral, enggak ada perubahan," jelas Lucky.
Kiswoyo Adi Joe, analis Investa Saran Mandiri, sependapat. Kondisi ekonomi yang melemah menyebabkan manajemen AUTO merevisi target pembukaan gerai. Tapi, hal ini bukan untuk jangka pendek.
Lagipula, sentimen negatif itu masih bisa ditutup oleh fundamental kuat. "Produk AUTO tidak hanya untuk Grup Astra, tapi pemain lain seperti Suzuki," kata dia.
Perekonomian Indonesia juga tidak selamanya tertekan. Jika pertumbuhan ekonomi bisa kencang lagi, maka efeknya terhadap kinerja AUTO juga berbanding lurus. "Apalagi, kalau dollar AS stabil, laba AUTO bisa lebih bagus lagi," ungkap Kiswoyo.
Chandra Pasaribu, analis Indopremier Securities dalam risetnya memprediksi, kinerja AUTO bakal tertekan. Menurutnya, target penjualan AUTO sepanjang tahun 2015 sebesar Rp 12 triliun. Jumlah ini 57% lebih kecil ketimbang estimasi sebelumnya.
Namun, Chandra tetap merekomendasikan buy AUTO, dengan target harga Rp 3.575 per saham. Kiswoyo dan Lucky juga merekomendasikan buy untuk AUTO dengan target harga masing-masing Rp 2.500 dan Rp 1.730 per saham. Harga saham AUTO pada transaksi kemarin ditutup menguat 0,31% menjadi Rp 1.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News