Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Dua produk exchange traded fund (ETF) anyar milik PT Indo Premier Investment Management (IPIM) berbasis saham syariah dan sektor konsumsi mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (30/4). Total nilai awal kedua ETF ini sebesar Rp 39,89 miliar.
Kedua ETF baru itu adalah Reksadana Syariah Premier ETF Jakarta Islamic Index (XIJI), dan Reksadana Premier ETF Indonesia Consumer (XIIC).
Direktur IPIM, Diah Sofiyanti bilang, Reksadana Syariah Premier ETF Jakarta Islamic Index dicatatkan dengan harga perdana per unit mengacu pada indeks Jakarta Islamic Index (JII) sebesar Rp 670,77. Sedangkan, jumlah unit penyertaan yang dicatatkan sebanyak 24,5 juta unit penyertaan (UP).
Total nilai awal reksadana XIJI yang dicatatkan di BEI pertama kali sebesar Rp 16,59 miliar. ETF ini dikelola secara pasif dan akan memberikan hasil investasi setara dengan kinerja indeks JII.
Alokasi dan kebijakan investasi ETF ini, sekitar 80% hingga 100% pada saham-saham komponen indeks JII dan 0%-20% pada instrumen pasar uang syariah dan kas. Instrumen ini dikenakan biaya-biaya seperti management fee 1%, biaya bank kustodian 0,2% dan biaya brokerage fee untuk setiap transaksi.
Presiden Direktur IPIM, John D Item mengatakan, produk ini diluncurkan sesuai permintaan pasar yang selama ini masih minim instrumen investasi syariah. Selain itu, produk ini menjawab permintaan regulator agar memperkaya produk-produk syariah. "Karena mengacu pada indeks JII, instrumen ini tidak sensitif terhadap suku bunga," kata John, kemarin.
Sebab, lanjut John, saham-saham sektor finansial tidak masuk dalam jajaran saham indeks JII. Saham sektor tersebut relatif rentan terhadap kenaikan suku bunga. John menduga, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan bahan makanan akan menekan inflasi. Akibatnya, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. "Kalau suku bunga naik, JII bisa mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," ujar John.
Butuh sosialisasi
Sementara, untuk Reksadana Premier ETF Indonesia Consumer (XIIC), jumlah unit penyertaan yang dicatatkan pertama kali sebanyak 23,3 juta UP dengan harga perdana Rp 1.000 per UP. Nilai awal yang dicatatkan pertama kali adalah Rp 23,3 miliar.
Berbeda dengan ETF yang umumnya dikelola secara pasif, ETF Indonesia Consumer dikelola aktif di saham-saham sektor konsumer atau consumer related. Produk ini akan memutar 80% hingga 100% pada efek saham dengan ketentuan minimum 60% pada saham-saham berbasis konsumer dan sisanya pada saham sektor lainnya.
Instrumen ini juga memiliki kebijakan investasi bisa memutar 0%-20% aset di instrumen pasar uang dan kas. "ETF ini hampir sama seperti reksadana biasa hanya produk ini bisa diperdagangkan di BEI," papar John.
Karena bersifat aktif, management fee yang dikenakan untuk ETF XIIC ini juga lebih besar atau maksimum 2,5% per tahun ketimbang ETF yang pasif yang maksimum 1% per tahun. Untuk biaya bank kustodian maksimum 0,2% per tahun dan biaya transaksi sesuai biaya broker.
Targetnya return ETF XIIC bisa mencapai 27% hingga akhir tahun 2013. Adapun ETF Syariah akan mengikuti pergerakan indeks JII sebagai acuan. Diah menargetkan, dana kelolaan dua produk ETF itu sekitar Rp 200 miliar hingga akhir 2013.
Viliawati, analis PT Infovesta Utama mengatakan, produk ETF memerlukan sosialisasi lebih gencar sehingga bisa menambah basis investor. ETF memiliki kelebihan berupa transparansi isi portofolio. "Selain itu, biaya pembelian dan penjualan ETF relatif lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional," ujar Viliawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News