kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Presiden Jokowi Membuka Perdagangan BEI 2022, IHSG naik ke 6.638


Senin, 03 Januari 2022 / 11:04 WIB
Presiden Jokowi Membuka Perdagangan BEI 2022, IHSG naik ke 6.638
Presiden Joko Widodo membuka secara resmi perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2022 di Main Hall Tower 1 Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (03/01/2022) pagi.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022 pada Senin (3/1). Pada perdagangan hari perdana tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke level 6.586,20 dari level penutupan tahun 2021 di 6.581,48.

IHSG terus melanjutkan kenaikan hingga sempat menyentuh level tertinggi di 6.638,31 hingga pukul 10.30 WIB. Investor asing juga tercatat melakukan aksi beli dengan membukukan net buy di pasar reguler senilai Rp 147,73 miliar.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi optimistis pertumbuhan pasar modal Indonesia akan lebih baik. Dia bercermin pada IHSG tahun 2021 yang memberikan return 10,1%, lebih baik dibandingkan bursa saham lain di Asia Tenggara. Sebut saja Singapura dengan return 9,8%, Malaysia minus 3,7%, dan Filipina minus 0,2%.

Baca Juga: IHS Markit: PMI Manufaktur Indonesia Desember turun ke 53,5

Jokowi juga berharap, peningkatan jumlah investor, terutama investor retail yang berasal dari generasi milennial dan Gen Z akan terus berlanjut. Dibandingkan tahun 2017 yang sebanyak 1,1 juta single investor identification (SID), jumlah investor pasar modal per  akhir 2021 sudah mencapai 7,5 juta SID.

"Saya harap, kenaikan jumlah investor pasar modal akan terus membesar dan memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi negara kita," kata Jokowi dalam pidatonya di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Senin (3/1).

Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan, angka-angka yang menjadi indikator kondisi ekonomi Indonesia juga sudah menunjukkan perbaikan. Sebagai contoh, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-November 2021 secara akumulasi mencatatkan surplus sebesar US$ 34,32 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode sama 2020 yang sebesar US$ 19,52 miliar.

Baca Juga: Rupiah Melemah pada Senin (3/1) Pagi

Hal ini menjadikan Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 19 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Jokowi juga mencatat, ekspor Indonesia per November 2021 tumbuh 49,7% year on year (yoy), sedangkan impor bahan baku maupun bahan penolong meningkat 52,6% yoy.

Menurutnya, salah satu pendorong kenaikan ekspor tersebut adalah dihentikannya ekspor bahan mentah nikel. Penghentian tersebut sudah menunjukkan hasil nyata karena selama tahun 2021, ekspor nikel dengan nilai tambah sudah mencapai US$ 20,8 miliar, lebih tinggi dari biasanya yang hanya berkisar US$ 1 miliar-US$ 2 miliar.

"Oleh sebab itu, kita akan melanjutkannya dengan menghentikan ekspor bahan mentah bauksit, tembaga, timah, dan lain-lain. Hilirisasi menjadi kunci kenaikan ekspor Indonesia," ungkap Jokowi.

Baca Juga: IHSG Menguat di Awal Perdagangan Senin (3/1)

Indikator perbaikan kondisi ekonomi lainnya terlihat dari competitiveness ranking Indonesia yang naik tiga peringkat menjadi di posisi 37 di bidang bisnis dan posisi 53 di bisnis digital. Indikator konsumsi dan produksi juga sudah mulai menguat.

Hal itu tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang naik menjadi 118,5 di November 2021, dari 113,8 di Maret 2021, serta spending index yang berada di level 120,5. Dari segi produksi, PMI Manufaktur Indonesia juga sudah meningkat ke level 53, dari level 51 pada masa sebelum pandemi.

Meskipun begitu, Jokowi mengingatkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, kelangkaan kontainer dimana-mana, hingga kelangkaan energi di sejumlah negara yang kemungkinan akan mengganggu ekspor Indonesia.

Baca Juga: Masuki Tahun 2022, Ini Pilihan Investasi yang Menarik Menurut Bank Commonwealth

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×