Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Korporasi kian agresif menerbitkan obligasi. Dua pekan terakhir ini, ada lima perusahaan yang berniat meraup dana dari penerbitan surat utang. Perang kupon pun tak terelakkan.
Penawaran obligasi teranyar datang dari PT Bank Mayapada Internasional Tbk, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT Perkebunan Nusantara X (lihat tabel).
Bank Mayapada akan merilis obligasi Rp 700 miliar. "Kami yakin obligasi Bank Mayapada akan terserap karena pemerintah telah memperbolehkan asuransi dan dana pensiun membeli obligasi korporasi dengan peringkat BBB," kata Direktur PT Victoria Securities Indonesia, Setiawan Budiman, Senin (17/6). Victoria adalah penjamin emisi obligasi Mayapada.
Sementara, PLN menawarkan Rp 2,5 triliun obligasi dan Rp 500 miliar sukuk ijarah. Iman Rachman, Managing Director PT Mandiri Sekuritas, penjamin emisi obligasi PLN, bilang, kupon yang ditawarkan PLN cukup menarik.
Kupon ini memberi premi imbal hasil 100 basis poin sampai 200 basis poin dibanding dengan surat utang negara (SUN) dengan tenor yang sama. "Kami yakin karena peringkatnya AAA," ujar Iman. Masa penawaran awal kedua obligasi berlangsung 17 Juni–21 Juni 2-13.
Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani, mengungkapkan, kupon yang ditawarkan Bank Mayapada dan PLN cukup menarik. "Bank Mayapada memberikan premium yield sekitar 425 basis poin dibanding SUN dengan tenor yang sama. Sementara PLN unggul dari sisi peringkat yang sangat bagus," kata Ariawan.
Ariawan bilang, baik Bank Mayapada maupun PLN telah memperhitungkan dampak kenaikan harga BBM subsidi dengan kupon. Namun, dirinya yakin, kenaikan harga BBM tidak akan melambungkan imbal hasil yang signifikan karena kenaikan imbal hasil sudah sangat tinggi. Selain mempertimbangkan kupon, ia juga menyarankan investor memperhatikan peringkat.
PT Perkebunan Nusantara X pun memadati pasar dengan penjualan obligasi senilai Rp 700 miliar dengan rentang kupon 8%–9%. Instrumen bertenor lima tahun tersebut memperoleh peringkat A+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia. Masa penawaran awal berlangsung 17 Juni–24 Juni.
Eko Yuliantoro, Presiden Direktur PT Bahana Securities, selaku penjamin emisi mengatakan, kisaran kupon itu memperhitungkan tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM. Selain itu, kenaikan BI rate turut mempengaruhi penawaran kupon PTPN X. "Semoga ekspektasi inflasi sesuai dengan yang diperkirakan pasar sehingga permintaan obligasi stabil," kata Eko.
Herdi Ranu Wibowo, Head of Fixed-Income BCA Sekuritas, mengatakan, kupon final diperkirakan tergantung dari hasil penawaran awal. "Dengan status BUMN, saya kira minat investor akan tetap banyak. Namun, dalam kondisi seperti ini investor punya posisi tawar untuk minta yield maksimal," kata Herdi.
Obligasi Korporasi dalam Penawaran | ||||
Perusahaan | Jumlah (Rp miliar) | Tenor | Kupon | Peringkat |
Garuda Indonesia | 2.000 | 5 | 8,25%-9,25% | A |
Batavia Prosperindo Finance | 300 | 1,2,3 | 9,25%-10,75% | BBB |
Perkebunan Nusantara X | 700 | 5 | 8%-9% | A+ |
Bank Mayapada | 700 | 7 | 10,5%-11,5% | BBB+ |
Perusahaan Listrik Negara | 3.000 | 7,10 | 7,25%-8,45% | AAA |
sumber: Perusahaan, riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News