kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,11   -8,38   -0.91%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PP Presisi (PPRE) Fokus Sebagai Kontraktor Tambang Nikel


Rabu, 02 Maret 2022 / 15:57 WIB
PP Presisi (PPRE) Fokus Sebagai Kontraktor Tambang Nikel
ILUSTRASI. Pertambangan nikel dengan kontraktor PT PP Presisi Tbk (PPRE).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (PPRE) terus memfokuskan diri sebagai kontraktor tambang nikel. Adapun lingkup pekerjaan yang dikerjakan pada sektor tersebut mulai dari mining development infrastructure seperti pekerjaan pembangunan dan maintenance jalan hauling dan pembangunan infrastruktur tambang lainnya seperti stockpile, jembatan, dan lain-lain hingga pekerjaan mining contractor, mulai pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) hingga pengangkutan bijih nikel (hauling services).

Direktur Utama PPRE, Rully Noviandar menuturkan hingga Desember 2021, total kontrak baru dari jasa pertambangan yang telah didapatkan sebesar Rp 2,9 triliun. Kontrak-kontrak itu mayoritas berasal dari Weda Bay Nickel sebagai kontraktor mining development dan Tambang Nikel Morowali sebagai mining contractor.

"Dari Weda Bay Nickel, kami telah mengantongi total Rp 1,8 triliun hingga Desember 2021 dan mendapatkan tambahan nilai kontrak baru sebesar Rp 311 miliar pada Januari 2022 untuk pekerjaan jasa hauling,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (1/3).

Baca Juga: PT PP (PTPP) Lepas 19 Aset Properti, Bidik Dana Rp 5 Triliun

Dengan perolehan kontrak baru pada jasa tambang yang cukup signifikan pada tahun 2021, PPRE optimis dapat memperoleh kontrak baru jasa tambang yang besar juga pada tahun 2022, terutama untuk lingkup pekerjaan mining contractor. Weda Bay Nickel, yang merupakan salah satu tambang nikel terbesar di dunia dengan total produksi per tahunnya mencapai 25 hingga 30 juta ton, tentunya menjadi salah satu incaran PPRE untuk mendapatkan peluang pekerjaan sebagai main contractor.

Dia menyebutkan, tahun 2021 Weda Bay bekerja dengan 5 kontraktor penambangan untuk mencapai target produksi sebesar 16-20 juta ton. Namun dengan adanya peningkatan target hingga 30 juta ton per tahun, maka Weda Bay juga akan menambah kapasitas kontraktornya.

"Hal ini tentunya menjadi salah satu peluang besar bagi PPRE untuk dapat berperan, mengingat kami telah terlibat dalam beberapa lingkup pekerjaan pertambangan lainnya di Weda Bay,” tambah Rully.

Baca Juga: PP Presisi (PPRE) Aspal Ulang Sirkuit Mandalika

Selain Weda Bay, PPRE juga tengah melakukan penjajakan pada beberapa potensi lain untuk tambang nikel maupun mineral lainnya seperti bauksit, silika dan emas baik di wilayah Sulawesi maupun Kalimantan, dengan lingkup pekerjaan mining development maupun mining contractor. Adapun total potensi tersebut dapat mencapai lebih dari Rp 5 triliun.

Dengan total potensi yang besar tersebut, PPRE akan meningkatkan kapasitas alat beratnya. "Tahun 2021, total belanja modal kami untuk alat berat mencapai Rp 336 miliar dan akan kami tingkatkan sebesar 20%. Melalui jasa pertambangan, kami berharap PPRE dapat berperan dalam pemulihan ekonomi Indonesia serta memberikan nilai tambah bagi para stakeholders," imbuhnya.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan pemilik cadangan dan sumber daya nikel terbesar di dunia. Dengan potensi tersebut, peluang Indonesia akan semakin meningkat dengan naiknya harga nikel yang tembus US$ 24.940 per ton di bursa perdagangan logam dunia. Harga tersebut hampir mencapai puncak harga tertinggi nikel sejak 2011, yakni US$ 25.135 per ton.

Baca Juga: Ini Kontrak Baru yang Sudah Didapat PP Presisi (PPRE) di Awal Tahun 2022

Di sisi lain, dorongan dari pemerintah melalui program hilirisasi hasil tambang yang telah berjalan hingga saat ini telah menghasilkan surplus pada neraca perdagangan. Terdapat lompatan yang sangat signifikan dari ekspor nikel yang dahulu hanya menghasilkan US$ 2 miliar setahun menjadi US$ 20,8 miliar setahun. Keberhasilan hilirisasi ini akan dilanjutkan juga dengan tambang mineral lainnya seperti bauksit, timah dan tembaga yang cadangannya juga dimiliki oleh Indonesia dengan jumlah yang besar.

Kebijakan perluasan hilirisasi tersebut diambil karena pemerintah meyakini bauran energi yang salah satunya melalui Energi Baru Terbarukan (EBT) harus secepatnya dilakukan sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan batubara dan pengurangan dampak karbon. Tembaga, bauksit, silika, lithium dan cobalt merupakan sebagian dari jenis metal penting yang akan digunakan dalam teknologi masa depan serta merupakan elemen vital bagi kebangkitan energi terbarukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×