kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Poundsterling belum mampu keluar dari tekanan sebagai mata uang paling jeblok


Senin, 25 Mei 2020 / 14:33 WIB
Poundsterling belum mampu keluar dari tekanan sebagai mata uang paling jeblok
ILUSTRASI. Buruknya kinerja poundsterling tidak terlepas dari tekanan fundamental Inggris.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ternyata bukanlah mata uang yang berkinerja paling buruk sepanjang tahun 2020. Padahal, rupiah tercatat melemah 6,09% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara year to date (ytd).

Nyatanya, rupiah masih lebih perkasa ketika dibandingkan dengan poundsterling. Pada awal tahun, GBP/IDR berada di level Rp 18.223 namun pada pukul 13.50 WIB (25/5) tercatat turun ke level Rp 17.907. Dengan demikian, poundsterling tercatat melemah 1,69% terhadap rupiah. Menjadikannya mata uang dengan kinerja paling buruk terhadap rupiah.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menuturkan buruknya kinerja poundsterling tidak terlepas dari tekanan fundamental Inggris. Setelah keluar dari Uni Eropa dan masih menyesuaikan keadaan sehingga ekonomi Inggris masih belum stabil, ditambah lagi adanya persebaran virus corona.

“Dari dampak virus corona, ekonomi Inggris merupakan salah satu yang paling terkena imbasnya. Hal ini tidak terlepas dari lambatnya penanganan seperti penetapan kebijakan lockdown misalnya, tak ayal kinerja poundsterling terus tertekan sepanjang tahun ini,” tutur Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (25/5).

Baca Juga: Yen mencatatkan kinerja paling mentereng, seperti apa prospeknya?

Hal senada juga disampaikan oleh analis HFX International Berjangka Ady Phangestu. Menurutnya sentimen negatif terhadap pounds masih akan berlanjut ke depan. Pertama yakni terkait perkembangan virus corona. Namun yang membedakan Inggris dari negara lain adalah Inggris masih punya permasalahan Brexit.

“Negosiasi Brexit kan sejauh ini tertunda, sementara masa transisi hanya sampai Desember saja. Sehingga dengan kondisi saat ini, saya rasa tidak mungkin perundingan dengan Uni Eropa akan selesai dalam waktu dekat,” terang Ady.

Dengan kemungkinan perundingan yang terulur, Ady menyebut bukan tidak mungkin akan banyak polemik baru muncul yang berpotensi semakin menekan sterling. Oleh sebab itu, Ady memproyeksikan pasangan GBP/IDR mungkin menyentuh level 17.000 pada akhir tahun. Sedangkan Alwi memperkirakan pasangan tersebut menguji level Rp 17.650.

Baca Juga: Wabah corona timbulkan ketidakpastian, China hilangkan target pertumbuhan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×