kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Potensi net sell asing di bursa saham bisa berlanjut di tahun 2019


Senin, 10 Desember 2018 / 18:38 WIB
Potensi net sell asing di bursa saham bisa berlanjut di tahun 2019
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak Rp 2,2 triliun dana investor asing keluar dari pasar reguler dalam sepekan terakhir. Dari jumlah tersebut, banyak saham LQ45 yang menjadi korban dan ditinggalkan investor asing, sebut saja ASII, TLKM, BMRI, BBCA, BBRI, PTBA dan GGRM.

Analis Mega Capital Adrian M. Priyatna mengatakan, faktor eksternal jadi sentimen utama yang membuat investor asing kompak mengurangi porsi kepemilikan saham Asia dan Emerging Market lewat aksi net sell. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran terkait ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

"Apalagi, tanda-tanda berakhirnya konflik belum terlihat. Jadi tidak hanya di Indonesia, di Asia kebanyakan juga melemah," kata Adrian kepada Kontan, Senin (10/11).

Meskipun begitu, menurut Adrian menjelang akhir tahun akan ada perlawanan atau rebound. Ini karena, adanya kecenderungan aksi Window Dressing yang setidaknya bisa mengambil keuntungan hingga awal tahun mendatang.

Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2019 akan bergerak pada rentang 6.380 hingga 6.685. Adapun beberapa saham dan sektor diperkirakan akan terkena imbas positif dari momentum Window Dressing. Sektor tersebut seperti perbankan, properti dan konstruksi.

"Sektor tersebut akan lebih aman dibandingkan pertambangan dan perkebunan yang harganya sangat terpengaruh pada harga komoditas global," ungkapnya.

Beberapa saham yang menurut Adrian masih memiliki prospek positif dan menarik untuk dilirik ke depan yakni BMRI, BBRI dan BBNI. Apalagi, suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) tahun depan diprediksi tidak akan naik. Dengan begitu, potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Indonesia (BI7DRR) diyakini bakal mulai terbatas di tahun depan.

Selain itu, dari sektor properti dan konstruksi dia merekomendasikan saham BSDE, CTRA, PWON, PTPP, WSKT dan WSBP. Namun, investor masih harus waspada terhadap risiko terkait sentimen perekonomian AS yang diperkirakan berlanjut di 2019.

"Dalam skala tertentu, justru (resesi AS) bisa menjadi sentimen positif bagi emerging market seperti Indonesia, karena investor akan mencari imbal hasil yang lebih menarik," tuturnya.

Untuk itu, selain waspada investor juga bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk diversifikasi portofolio kepemilikan saham. Caranya, dengan mencari sektor-sektor yang diperkirakan tidak terlalu berpengaruh dengan ekspor, di antaranya saham-saham seperti properti, perbankan, dan konstruksi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×