CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

PMI Manufaktur Solid, Intip Prospek Emiten Sektor Manufaktur


Kamis, 06 Oktober 2022 / 17:37 WIB
PMI Manufaktur Solid, Intip Prospek Emiten Sektor Manufaktur
ILUSTRASI. Sektor manufaktur Indonesia konsisten berada pada zona ekspansi selama 13 bulan berturut-turut.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur Indonesia masih solid. Hal ini tercermin dari angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang naik ke level 53,7 pada September 2022. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan PMI pada Agustus yakni 51,7.

Realisasi tersebut menandakan sektor manufaktur Indonesia konsisten berada pada zona ekspansi selama 13 bulan berturut-turut dan terus menguat dalam dua bulan terakhir. Tingkat ekspansi ini juga merupakan yang tercepat dalam delapan bulan dan solid secara keseluruhan.

Ke depan, sektor manufaktur tanah air diyakini masih terus bertumbuh. Salah satu penopangnya adalah  pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang bisa mencapai 5%. Deputy Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy melihat pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal ketiga dan di tahun ini bisa sangat baik, bisa mencapai di atas 5%.

Baca Juga: Emiten Sektor Manufaktur Memacu Kinerja di Tahun Ini

Di sisi lain, kinerja emiten sektor manufaktur bisa tertekan kenaikan inflasi, yang bisa menekan daya beli.  Hitungan Sucor Sekuritas, hingga akhir tahun, inflasi akan semakin naik hingga menyentuh level 7%. Inflasi ini terutama terjadi karena efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang baru akan sepenuhnya akan terdampak hingga akhir tahun.

Jimmy mengatakan, inflasi September yang hampir di level 6% bukan hanya karena kenaikan harga BBM, tetapi juga karena tumbuhnya permintaan agregat yang terefleksi dari tingginya data PMI.

“Kalau berbicara perusahaan manufaktur ini kan sangat luas, investor perlu memperhatikan jenis usaha dan industri dari tiap-tiap perusahaan manufaktur ini,” terang Jimmy kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10).

Baca Juga: Begini Strategi Diamond Food Indonesia untuk Raih Pertumbuhan Pendapatan Dua Digit

Salah satu emiten sektor manufaktur yang bisa terkena dampak inflasi adalah sektor barang konsumsi. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Putu Chantika Putri mengatakan, sektor ini menghadapi tantangan berupa lonjakan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Inflasi IHK utama diperkirakan akan mencetak level sekitar 6% di 2022, lebih tinggi dari target bank sentral sebelumnya di kisaran 2% -4%.

Tingginya inflasi domestik tersebut banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan pangan yang bergejolak serta kenaikan harga BBM yang diikuti oleh kenaikan tarif ojek online. Kenaikan harga yang tidak merata akan mengurangi daya beli dan mempengaruhi pola pengeluaran konsumen.

Dengan kemampuan pengeluaran yang terbatas, konsumen akan memprioritaskan kebutuhan sehari-hari daripada barang-barang non primer. Hal ini akan menguntungkan sektor kebutuhan pokok konsumen di tahun ini.

Baca Juga: BKF: Indeks Manufaktur 13 Bulan di Zona Ekspansi, Bukti Kebijakan Pemerintah Efektif

Menyusul kenaikan harga BBM, Chantika meyakini hal ini akan semakin menambah beban konsumen maupun perusahaan kebutuhan pokok konsumen. Dia memperkirakan perusahaan barang konsumsi kemungkinan besar akan menghadapi kenaikan biaya pengiriman mulai di paruh kedua 2022 seiring naiknya biaya bahan bakar. “Hal ini mengingat biaya angkut menyumbang sekitar 16%-23% dari biaya operasional (opex) perusahaan,” terang Chantika.

Chantika menyebut, sebagian besar emiten barang konsumsi mengalami penurunan margin yang signifikan di paruh pertama 2022 seiring kenaikan harga komoditas. Hanya saja, Chantika menilai sebagian besar emiten memiliki ruang yang cukup dan posisi yang lebih baik untuk meneruskan (pass-on) inflasi dengan cara melakukan penyesuaian harga.

Selain itu, koreksi harga komoditas yang baru-baru ini terjadi diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik terkait margin di paruh kedua 2022 dan seterusnya

Ciptadana Sekuritas meningkatkan rating sektor barang konsumsi menjadi overweight dari sebelumnya netral. Rating ini didukung oleh ekspektasi melemahnya harga komoditas dan kemampuan perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) untuk mengatasi inflasi.

Baca Juga: IHSG Menguat Tipis 0,02% ke 7.076 Hingga Tutup Pasar Kamis (6/10)

Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjadi pilihan seiring pricing power domestiknya yang kuat. Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga menjadi pilihan karena kemampuannya dalam melakukan hedging alami dalam hal menghadapi risiko valas.

Ciptadana Sekuritas merekomendasikan beli saham ICBP dengan target harga Rp 11.000 per saham dan beli saham MYOR dengan target harga Rp 2.100 per saham. Ciptadana Sekuritas juga merekomendasikan beli saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 7.500 per saham dan hold saham PT  Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan target harga Rp 4.900 per saham.

Risiko dari rekomendasi ini diantaranya penurunan dalam sentimen konsumen yang menyebabkan permintaan penjualan yang lebih rendah, kenaikan biaya operasional, serta depresiasi nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×