kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,65   7,31   0.81%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PMI Indonesia membaik, indeks saham manufaktur diprediksi mengekor


Selasa, 01 September 2020 / 20:57 WIB
PMI Indonesia membaik, indeks saham manufaktur diprediksi mengekor
ILUSTRASI. Pekerja berjalan di samping grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks manufaktur Indonesia alias Purchasing Managers Index (PMI) dari IHS Markit naik menjadi 50,8 di Agustus 2020, membaik dari posisi Juli 2020 yang di level 46,9. 

Menurut data survei PMI, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan peningkatan yang solid baik dalam produksi maupun pesanan baru pada Agustus 2020, yang berkontribusi pada perbaikan pertama sejak Februari 2020. Kepercayaan bisnis juga naik ke level tertinggi sejak Mei 2019 karena perusahaan menyesuaikan diri dengan pelonggaran bertahap pembatasan sosial karena Covid-19. 

Baca Juga: Terdorong data PMI Manufaktur Indonesia, IHSG diprediksi menguat besok

Meski indeks manufaktur membaik, indeks saham di sektor ini tetap mengalami penurunan 14,44% sejak Januari 2020 hingga Agustus 2020. Indeks saham sektor manufaktur menempati urutan ke-empat dengan performa yang turun tidak terlalu dalam seperti properti yang turun hingga 40,98%. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan dengan perbaikan PMI Indonesia kembali di atas level 50 mengindikasikan bahwa sektor manufaktur mulai kembali ekspansi sehingga ke depan harga-harga saham di sektor tersebut dapat mengikuti. 

Dus, Chris menilai sektor manufaktur masih menarik hingga akhir tahun apalagi saat ini harga-harga sahamnya masih tertekan cukup dalam. 

"Sehingga berpotensi menguat lebih besar dibandingkan melemah kembali," jelas Chris, Selasa (1/9). 

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menjelaskan dengan adanya pembukaan kembali aktivitas industri diharapkan dapat kembali meningkatkan produktivitas sehingga di kuartal III-2020 nanti diprediksi akan ada perbaikan PMI lagi. 

"Hal tersebut tentunya cukup baik bagi perekonomian di sektor riil. Diharapkan permintaan dari luar negeri juga kembali bangkit, sehingga ekspor kita juga dapat kembali tumbuh," jelas Okie. 

Dus, di sektor manufaktur Okie memilih saham yang berorientasi ekspor masih cukup menarik. Meski saat ini ekspor Indonesia memang belum ada indikasi membaik. Diharapkan pada kuartal empat nanti sektor non-migas dapat kembali mendominasi ekspor. 

Sedangkan di kuartal III-2020 ini, potensi ekspor masih didominasi oleh sektor komoditas sejalan dengan membaiknya harga CPO yang diharapkan dapat meningkatkan jualitas jual dan jumlah ekspor. "Saham pilihan kami untuk eksportir yaitu CPO," jelasnya. 

Okie menyarankan investor untuk memilih saham LSIP dan AALI dengan target harga hingga akhir tahun masing-masin Rp 1.275 dan Rp 12.700. 

Adapun pada penutupan perdagangan Selasa (1/9) saham LSIP ditutup di level Rp 1.000 dan AALI berada di level Rp 10.400. 

Baca Juga: Ekonom bank permata optimistis kinerja manufaktur domestik akan terus membaik

Chris menilai saham SMGR, UNTR dan ASII masih cukup menarik lantaran valuasinya yang terhitung murah. Pada perdagangan Selasa (1/9) harga saham SMGR berada di level Rp 11.000 dengan price earning ratio (PER) 53,14 kali, UNTR berada di level Rp 23.500 dengan PER 10,79 kali dan ASII berada di level Rp 5.250 dengan PER 9,34 kali.

Chris menargetkan harga SMGR di level Rp 14.000, UNTR di level Rp 28.000 dan ASII di level Rp 7.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×