Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) masih memiliki plafon pinjaman sebesar US$ 200 juta untuk mendanai ekspansinya tahun ini. CPIN menganggarkan Rp 2 triliun untuk menambah kapasitas produksi.
Direktur CPIN, Ong Mei Sian mengatakan, dari total pinjaman sebesar US$ 500 juta, perseroan sudah menggunakan US$ 300 juta untuk refinancing dan modal kerja.
Pinjaman itu didapatkan CPIN pada akhir tahun lalu, yang berasal dari 20 bank yang dipimpin Citi Grup. Nilai pinjaman itu terbagi menjadi dua kategori. Pertama, amortizing term loan facility senilai US$ 130 juta dan Rp 800 miliar.
Tenornya mencapai lima tahun. Kedua, revolving credit facility senilai US$ 195 juta dan Rp 1,2 triliun dengan tenor 3 tahun. "Fasilitas pinjaman tersisa cukup besar, sebagian bisa digunakan untuk belanja modal tahun ini," ujarnya di Jakarta, Jumat (23/5).
Jika dibandingkan tahun lalu, total belanja modal CPIN termasuk stagnan. CPIN memang tengah berhati-hati dalam ekspansi lantaran saat ini margin laba CPIN tengah menurun akibat naiknya beban bahan baku dan rugi kurs.
Sebagai informasi, tahun lalu, laba bersih CPIN turun 5,67% menjadi Rp 2,53 triliun. Padahal penjualan bersih CPIN naik hingga 20,4% menjadi Rp 25,66 triliun. Namun, di saat yang sama beban pokok penjualan CPIN naik hingga 20,42%.
Di tahun 2013, rugi kurs CPIN tercatat sebesar Rp 437,33 miliar, dari tahun sebelumnya Rp 43,54 miliar. "Dampak rugi kurs karena bahan baku masih impor," kata dia. CPIN masih berharap kinerjanya bisa pulih tahun ini dengan proyeksi kenaikan penjualan sebesar 10% dari tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News