Reporter: Surtan PH Siahaan, Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Analisa saham menggunakan perhitungan beta saham memang sudah sering dipakai oleh para analis. Nah untuk memudahkan para investor, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) meluncurkan alat analisa bernama Pefindo Beta Saham.
Pefindo secara gratis memberikan alat analisa ini sejak 7 Maret 2013 di situs mereka. Pefindo akan memperbaharui data setiap Kamis. Beta saham ini berisi statistik volatilitas saham terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perhitungam beta saham menggunakan pendekatan pendapatan dan metode capital asset pricing model.
Felix Sindhunata, Direktur Henan Putihrai Asset Management menjelaskan, beta saham baik digunakan investor untuk mengambil keputusan dalam situasi pasar bullish atau bearish. Suatu saham yang yang memiliki beta di atas 1, maka saham akan cenderung volatile dibanding IHSG. Sebaliknya, saham yang memiliki beta sama atau di bawah 1, cenderung sama dengan IHSG.
Felix memberi contoh saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yang memiliki beta 2,0. Berdasarkan analisa beta, kalau indeks naik atau turun 5%, maka harga saham WIKA bisa naik atau turun, melebihi volatilitas indeks
Nilai beta saham juga mencerminkan risiko suatu saham. Saham dengan beta tinggi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi. Namun, keuntungan pun berbanding lurus dengan risikonya. Sementara, saham dengan beta di bawah 1,0 memiliki risiko lebih kecil, linier dengan tingkat keuntungan.
Hanya saja, menurut analis Mega Capital Indonesia, Arief Fahruri, dalam memilih saham, investor tidak boleh terpaku dari satu indikator saja. Investor harus tetap memperhatikan jumlah saham publik dan likuiditas. "Sebab, ada beberapa saham yang tidak mencerminkan nilai beta saham karena market maker tidak memainkan saham tersebut," tutur Arief.
Arief juga menilai, penggunaan beta saham belum ideal di Indonesia. Alasannya, pasar saham Indonesia belum efisien. Data atau informasi yang beredar masih berputar di kalangan tertentu. Analisa beta pun tidak 100% akurat.
Arief menyarankan, dalam kondisi pasar bullish, investor jangan memilih saham-saham dengan beta di atas 1,0 hingga 2,0. Sebab, saat pasar bullish, risiko juga tinggi. Ia bilang saham-saham dengan beta 1,0 atau di bawahnya, lebih layak koleksi karena risiko lebih rendah.
Managing Director Investa Saran Mandiri, John Veter mengatakan, indikator beta saham dapat digunakan menyusun strategi investasi. Saat kondisi pasar bearish, investor bisa mengalihkan pilihan saham yang memiliki beta kurang dari 1, sehingga risiko kerugian bisa diperkecil.
Felix menimpali, investor yang menggunakan beta saham sebagai acuan, harus memperhatikan dua hal yakni tren pasar dan ekonomi makro. Kalau pasar bullish dan kondisi makro bagus, ia menyarankan investor masuk ke saham dengan beta tinggi.
Selain itu, analisa beta saham juga disertai pertimbangan alat analisa fundamental. Seperti return on asset (RoA) dan price earning ratio (PER). "Tapi prinsipnya harus saham yang likuid. Lebih bagus yang masuk dalam LQ-45," imbuh Arief.
Nah, berikut pilihan saham dengan beta di bawah 1, pilihan analis:
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Beta saham MAIN cukup rendah yaitu 0,872, sementara PER 14,8 kali. MAIN tengah menggenjot produksi dengan membangun pabrik pakan ternak di Semarang dan Makassar. Pabrik ini akan rampung di kuartal I/2014. Analis yakin, pendapatan MAIN di 2013 akan tumbuh 24,2%menjadi Rp 4,1 triliun dari proyeksi 2012 senilai Rp 3,3 triliun. Adapun laba bersih akan naik 36,5% menjadi Rp 448 miliar.
Rekomendasi : Beli
Target harga : Rp 4.000
Aditya Eka Prakasa, Bahana Securities
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
Beta saham TLKM cukup rendah yaitu 0,568, PER TLKM pun baru 16,8 kali. TLKM juga berhasil melakukan efisiensi usaha sehingga biaya operasi menciut. Akibatnya, laba bersih TLKM tumbuh 17,2% menjadi Rp 12,8 triliun di sepanjang tahun lalu. Pendapatan TLKM juga tumbuh 8,26% menjadi Rp 77,14 triliun. Analis menilai, hasil kinerja ini sesuai dengan proyeksi.
Rekomendasi: Hold
Target Harga : Rp 11.250
Triwira Tjandra, Ciptadana Securities
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP)
INTP membangun pabrik baru di Jawa dan luar Jawa. Target produksi semen hingga 2017 mencapai 30 juta - 31 juta ton per tahun. Kenaikan upah dan listrik di 2013 tak mempengaruhi margin laba bersih INTP. Sebab, INTP akan menaikkan harga jual. Beta saham INTP dan PER juga masih rendah masing-masing 0,983 dan 17,4 kali.
Rekomendasi : Beli
Target Harga : Rp 26.900
Adolf Sutrisno, AAA Sekuritas
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Penjualan PGAS terdorong pasokan Kangean Energi. Tahun lalu, volume transmisi PGAS mencapai 877 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) naik 3,8% dibandingkan 2011. Bisnis distribusi gas juga naik 1,5% menjadi 807 mmscfd. Tahun ini, lini usaha transmisi dan distribusi gas bakal tumbuh 6% dan 4,3%. Beta saham PGAS juga rendah yakni 0,884 dengan PER 13,4 kali.
Rekomendasi : Beli
Target harga : Rp 5.725
Andhika Ramadhanto, Kresna Securities
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News