Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bekerja di perusahaan investasi membuat Peter Harsono turut menjajal peluang di pasar saham. Investasi Head Division Private Banking Bank OCBC NISP ini di saham dimulai pada 1996, kala bekerja sebagai analis di Paribas Asia Equity.
Peter memilih saham di sektor yang ia kuasai, yakni sektor semen, transportasi, dan konglomerasi. Untuk investasi awal, dia disiplin menyisihkan 10% dari penghasilan. "Saya mempraktikkan apa yang saya analisis," ungkapnya.
Tapi, pekerjaan sebagai analis saham nyatanya tak menjadi jaminan untuk terus mengail untung. Saat itu, Peter memang mendapat cuan dari sektor semen. Cuma, ia juga pernah mengalami kerugian cukup besar di sektor transportasi, lantaran salah dalam menganalisis saham.
Di akhir 1997, Peter menyadari, kondisi ekonomi Indonesia tengah memburuk. Lantas, dia pun bersiap mencari pekerjaan ke Singapura. Akhirnya, ia melepas seluruh investasinya di Tanah Air.
Di negeri merlion, Peter kembali berinvestasi dengan instrumen yang lebih beragam. Ia menanamkan portofolio ke pasar saham, reksadana, dan obligasi. Tapi, seiring kesibukan sebagai invesment spesialist di UBS Wealth, pola investasinya berubah menjadi lebih pasif. Pembelian saham pun dilakukan melalui reksadana.
Peter juga mendulang banyak untung dari investasi obligasi global dollar Amerika Serikat (AS) dan obligasi milik BUMN. Pada 2008, saat harga obligasi turun drastis, dia membeli obligasi di harga rendah dan kini mengantongi keuntungan pokok serta bunga. "Keuntungannya saya pakai untuk membeli rumah dan tanah di Jakarta Barat di 2002," kenangnya.
Sejak saat itu, Peter mempertahankan porsi investasi di sektor properti sebesar 30%40% dari total asetnya. Usai membeli rumah tapak untuk dihuni, dia kemudian mulai memburu investasi tanah.
Menyebar aset
Alhasil, kini portofolio investasi Peter cukup beragam. Masing-masing aset ia atur sesuai fungsi dan kebutuhan. Misalnya, aset obligasi disiapkan untuk mencari arus kas. Lalu, aset tanah digunakan untuk lindung nilai. Sementara aset saham sebagai instrumen pencari keuntungan.
Tak hanya itu, Peter juga melakukan diversifikasi dalam kepemilikan mata uang asing. Menurutnya, 20% dari total kekayaan harus dikelola dalam bentuk mata uang berbeda. "Pendapatan sudah dalam rupiah, jadi dana dalam bentuk rupiah pasti bertambah. Makanya, harus cari aset di luar mata uang rupiah," ujarnya.
Meski begitu, Peter tak tertarik untuk trading valuta asing (valas). Pasalnya, gejolak dalam transaksi valas terbilang tinggi. Sehingga, aset dalam bentuk mata uang asing pun dia wujudkan dalam rupa surat utang atau tabungan.
Peter juga belum tertarik untuk menjajal investasi emas. Baginya, logam mulia tersebut hanya merupakan aset lindung nilai yang tidak menghasilkan bunga.
Menurut Peter, seorang investor harus jujur pada target yang dia harapkan dan berapa kerugian yang mampu ditanggung. Dengan mengetahui profil investasi diri sendiri, maka buat investor akan lebih mudah dalam memilih instrumen investasi yang cocok.
Peter lebih suka menyebut diri sebagai investor moderat. Portofolionya saat ini terbagi: 30%–40% tanah, 30% obligasi, 20% reksadana, dan sisanya tabungan.
Peter pun sudah mulai mengenalkan pentingnya berinvestasi kepada kedua puteranya. Meski anaknya masih duduk di bangku SMP, ia tetap membina mereka untuk disiplin menabung. Jika putra sulungnya masuk SMA, Peter berikhtiar untuk mulai mengenalkan saham.
"Menganalisa saham memang cukup sulit. Tetapi, saham bisa menjadi guru yang terbaik," tegasnya.
Menikmati Muay thai bersama keluarga
BEKERJA jauh dari keluarga selama 12 tahun terakhir membuat Peter Harsono sangat rindu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anak dan istrinya. Karena itu, ketika kembali ke Tanah Air pada 4 Juni lalu, Head Division Privat Banking Bank OCBC NISP ini memilih untuk mencoba berbagai jenis kegiatan yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga. Dulu, saya di Singapura kebanyakan me time. Jadi, sampai Indonesia masih mencari family time, ungkap Peter.
Berbagai jenis olahraga, mulai dari yoga, tenis, hingga pingpong, sempat Peter jajal. Akhirnya, pencarian berhenti pada muay thai. Olahraga seni bela diri asal Thailand itu mulai menjadi aktivitas rutinnya bersama keluarga setiap akhir pekan.
Saking gemarnya pada muay thai, Peter dan keluarganya tengah berusaha mengatur waktu untuk jadwal latihan menjadi dua kali seminggu. “Kalau muay thai semua bisa dan suka,” ujar dia.
Meski tak memungkiri waktu luang untuk diri sendiri juga perlu, karena sudah kehilangan waktu cukup banyak bersama keluarga saat bekerja di Singapura, Peter memilih membatasi diri. Kalau pun ingin menikmati waktu sendiri, biasanya ia akan bermain basket selama tiga jam dengan rekan-rekannya semasa SMA.
Cuma, Peter sempat tergila-gila pada olahraga sepeda. Ia sempat mengikuti touring ke Bali dan Padang. Tapi, dua tahun lalu, Peter memilih berhenti karena sepeda terlalu menghabiskan waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News