Reporter: Diade Riva Nugrahani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sesuai perkiraan pelaku pasar, Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan BI rate Selasa lalu (5/8). BI rate naik 25 basis poin menjadi 9%. Selain itu, The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat juga mempertahankan tingkat suku bunganya di level 2%, sesuai prediksi para investor.
Keputusan kedua bank sentral tersebut tentu bisa mempengaruhi prospek berbagai instrumen investasi. Lantas, manakah instrumen investasi yang menguntungkan bagi investor pasca kebijakan suku bunga dari kedua bank sentral tadi?
Pakar investasi dan keuangan, Roy Sembel menilai, instrumen investasi yang sekarang prospeknya menjanjikan adalah instrumen yang imbal hasilnya mengikuti kenaikan BI rate. Roy mencontohkan salah satunya adalah reksadana pasar uang.
Menurutnya, sekarang adalah saat yang tepat bagi investor untuk menambah portofolio investasinya di instrumen pasar uang. "Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan deposito berjangka waktu kurang dari satu tahun akan naik mengikuti pergerakan BI-rate," ujarnya hari ini (6/8).
Besaran komposisi dana yang dibiakkan di instrumen tersebut tentu disesuaikan dengan karakter investasi investor. Roy menilai, investor konservatif bisa memperbanyak portofolio di reksadana pasar uang. "Kalau sebelumnya 50%, sekarang bisa sampai 60%," katanya. Sementara investor moderat bisa mengalokasikan 40% portofolionya di reksadana pasar uang.
Selain reksadana pasar uang, Roy bilang, instrumen investasi lain yang juga menjanjikan adalah repo alias repurchase agreement. Bentuknya bisa repo saham atau repo obligasi di pasar uang. Menurut Roy, yang paling baik adalah repo yang baru terbit. ”Repo yang baru diterbitkan akan mengacu pada suku bunga baru," ujar Roy.
Ingat tujuan investasi
Roy juga berpendapat sebaiknya investor, terutama investor bertipe agresif mengurangi porsi investasi di instrumen berbasis obligasi. Sebagaimana diketahui, ketika suku bunga naik harga obligasi biasanya turun.
Namun Direktur First State Investment, Putut Endro Andanawarih berpendapat lain. "Meski BI rate naik, tapi pasar obligasi masih bagus dan yield yang ditawarkan masih lebih menarik ketimbang deposito," bebernya. Dus, Putut masih merekomendasikan obligasi sebagai salah satu pilihan instrumen investasi pasca kenaikan suku bunga.
Putut bilang, yang penting investor bisa memprediksi waktu yang tepat untuk masuk pasar. Selain itu, investor harus menyesuaikan alokasi portofolio sesuai dengan profil resiko masing-masing.
Ligwina Poerwo Hananto, CEO Quantum Magna Financial juga juga menyarankan investor memperhatikan tujuan finansial dan menyesuaikan dengan jangka waktu investasinya sebelum menentukan pilihan instrumen investasinya.
Ligwina mencontohkan, untuk investasi jangka pendek di bawah tiga tahun, investor bisa memilih instrumen investasi seperti deposito atau produk reksadana dengan resiko rendah yaitu pasar uang. Sementara, untuk kebutuhan dana jangka menengah, investor bisa membiakkan duit di reksadana pendapatan tetap. Untuk jangka panjang, Ligwina menilai reksadana campuran dan saham adalah pilihan yang tepat. Plus, sebaiknya semua orang memiliki aset aktif seperti bisnis atau properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News